Anakku, negeri ini memang membutuhkan tangan perkasa dan otak cemerlang seperti kalian, namun bukan untuk mengatur siasat dan mendzolimi saudara-saudaramu. Kekuatan tanganmu bukan untuk melempari luka dan perih sahabatmu.
Anakku, wahai pejuang yang katamu ingin membela kebenaran dan ketidakadilan, duduklah dulu, baca lagi tentang makna banar dan adil. Bukan saling mencaci, bukan saling menghina juga bukan saling menyakiti. Namun saling menghargai, saling menhormati, saling menjaga, saling mencintai dan mengasihi.
Kebenaran itu ada di bilik hatimu, ketuklah dengan nuranimu, sapalah dengan jiwa sucimu, maka akan kau temui indahnya menerima keputusan dengan berdamai, indahnya menerima kenyataan dengan senyuman.
Anakku, menerima kabar hati yang tidak sesuai dengan harapan itu memang menyakitkan, namun akan lebih sakit lagi bila kamu melempar pedihmu itu untuk orang lain. Belajarlah untuk tersenyum dalam luka, karena itu justru akan menjadikanmu mulia di mata Tuhanmu.
Negeri ini butuh tangan kuatmu untuk menjadi perkasa, negeri ini menginginkan ide cemerlangmu untuk menjadi bermartabat, negeri butuh tangan lembutmu untuk persatuan dan kesatuan.
Anakku, jadilah manusia yang rahmatalillalamin, selalu memberi rahmat kepada manusia lain dan alammu, jadilah manusia yang indah dalam laku dan sejuk dalam bertutur. Karena itulah kebahagiaanmu sejati
Blitar, 23 Mei 2019
Enik Rusmiati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H