Lihat ke Halaman Asli

Engkus Kusriah (La Syakka)

Teacher, Writer, Motivator, Mompreneur, Moslem Counselor

Serial Atun "Gempa"

Diperbarui: 23 Mei 2021   22:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Pak Lek, Pak Lek, kok meneng (diam) ae, itu orang-orang semburat keluar semua lho!"

Atun berlari tergopoh-gopoh sambil sedikit menyincing dasternya yang terasa ribet menghalangi langkahnya. Ia menuju ke rumah pamannya, Pak Lek Sentot. Dilihatnya pamannya duduk tenang di atas amben (sejenis tempat duduk memanjang terbuat dari bambu) di depan rumahnya.

"Yo wis biarin toh, gak usah ribut, cukup banyakin istighfar," sahutnya tenang.

"Kabeh bingung Pak Lek, opo Pak Lek gak merasakan tah kalau barusan ada goncangan gempa?" tanya Atun dengan heran.

"Aku ya tahu kok, ambenku ini tadi ya bergoyang juga," jawabnya dengan nada datar.

"Aku ya tadi pas lagi tiduran, terus kok rasanya rumahku goyang, terus denger orang-orang di luar kok berisik semua, aku keluar sampe lupa gak pake jilbab." Atun menjelaskan dengan suara lantang, mulutnya sedikit belibetan karena frekwensi bicaranya terlalu cepat dan semangat.

"Ya gitu itu manusia, kalau Gusti Allah sentil sedikit saja dunia ini, baru manusia bingung, merasa butuh perlindungan, merasa gak punya kekuatan. Kemaren-kemaren waktu dunia dibiarkan nyaman sama Allah, lupa bersyukur, lupa kewajiban.  Itu tandanya sedang diingatkan sama Allah, sebentar lagi Ramadhan, banyakin istighfar, tobat." Pak Lek Sentot menasehati Atun dengan sabar sambil terus menatap matanya dengan serius. Ia tahu betul kalau ponakan yang cuma satu-satunya ini sering galau, maklum dulu orang tuanya meninggal ketika Atun masih kecil.

"Lho kok meneng ae, biasanya kan kamu ribut  komentar ngasih bantahan?"

"Aku jadi ngebayangin kalau Allah marah pasti goncangannya lebih serem ya Pak Lek? Padahal ini baru gempa kecil tapi rasanya badanku gemetar, aku bingung, otakku gak bisa dipake berpikir, lupa semuanya." Atun menjelaskan sambil garuk-garuk kepala.

"Makanya kalau jadi orang itu gak perlu sombong, dikasih guncangan sedkit saja manusia itu sudah gak berharga, hartanya, otaknya, raganya, semuanya," Pak Lek Sentot menambahkan.

"Terus kalau pas kiamat nanti, piye carane malaikat niup terompet? Kayak apa ya suaranya? Kok bisa kedengaran semua orang?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline