Lihat ke Halaman Asli

Stop Bawa Gula Berjenis “Bule”

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabar terbaru bahwa pemerintah mengizinkan Bulog untuk mengimpor gula sekitar 300 ton pada 2014 dengan alasan untuk memenuhi cadangan gula di wilayah Indonesia. Tentu saja hal ini menimbulkan tanggapan pro dan kontra dimana salah satunya adalah Sejumlah petani tebu se-Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) menaburkan gula pasir impor ketika unjuk rasa di depan Kantor Kementerian Perdagangan, hal ini sebagai unjuk rasa atas keputusan ini yang merugikan beberapa pihak.

Keputusan ini disampaikan oleh menteri Perdangangan Gita wiryawan setelah menggelar Rapat untuk membahas hal ini, dimana Gita mengklaim telah mempertimbangkan semua masukan dari pihak terkait sebelum memutuskan jatah impor Bulog ini. "Usulan Bulog sebesar 300 ribu ton, tapi Dewan Gula mengusulkan sekitar 200-300 ribu ton. Ini yang kami sesuaikan,” ujarnya. Namun tetap saja hal ini merugikan bagi para petani gula dan tebu lokal karena tentunya akan berpengaruh terhadap pasar  gula di masyarakat. Mengapa mereka demikian karena pasalnya produksi gula mereka akan kalah saing dengan jenis gula “bule” atau luar negeri yang diimpor dan diedarkan di pasaran

Semestinya pemerintah mempunyai cara yang lebih baik dan memasyarakat, karena apa yang telah diputuskan saat ini sangatlah tidak pro kepada rakyat. Seharusnya pemerintah sadar bahwa produksi dalam negeri atas gula bisa ditingkatkan kembali untuk memenuhi kebutuhan gula di Indonesia, meskipun pemerintah harus berupaya maksimal dan membantu para petani tersebut bisa mencapai target yang diinginkan dan mencukupi kebuthan gula nasional. Jika saja pemerintah bisa bersikap demikian, maka hal-hal seperti yang terjadi di depan kantor Kemendag kemarin tidak akan terjadi. Keputusan ini menimbulkan opini bahwa pemerintah saat ini tidak peduli dengan kesejahteraan rakyat kita sendiri dan mengabaikan SDA dan SDM negara sendiri untuk bisa bicara lebih banyak terhadap negerinya sendiri.

Oleh karena itu, hendaklah kita dengungkan kalimat “Stop Gula Impor”, karena hanya memiskinkan beberapa pihak seperti para petani tebu local. Saat yang tepat untuk berharap lebih dalam momentum pemilu presiden Indonesia selanjutnya, mari kita gunakan momentum ini untuk memunculkan sosok baru yang lebih peduli dengan rakyat dan mempunyai program jangka pendek ataupun panjang untuk memakmurkan rakyat. kita butuh presiden yang menggunakan wewenang kekuasaanya untuk Memprioritaskan peningkatan alokasi anggaran untuk program pembangunan pertanian, terutama dalam hal ini petani gula agar mereka dapat meningkatkan produksi yang mencukupi wilayah nasional. Oleh karena itu kalimat Kita butuh Presiden yang Pro Rakyat harus lantang kita dengungkan disamping karakter-karakter lain yang mendukung seperti tegas dan punya jiwa patriotic melindungi Negara dan rakyatnya sehingga membentuk Negara yang berdikari. Hidup Indonesia Raya




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline