Lihat ke Halaman Asli

Engkos Kosasih

Operator Forklift PT. Lion Superindo

Ketika Ketinggalan Kereta, Ini yang Saya Lakukan Agar Bisa Sampai Tujuan

Diperbarui: 4 Agustus 2024   20:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: dokpri

Pernahkah anda mengalami ketinggalan kereta?

Bagi saya ketinggalan kereta bukan lagi perasaan nyesel yang luar biasa, tapi lebih ke mengutuk diri sendiri, betapa bodohnya aku. Selain itu, luar biasa pula paniknya, sebab saya ketinggalan kereta di kampung orang, di stasiun yang jauh dari kota asal dan masih jauh ke tempat tujuan. Ditambah lagi besok harus masuk kerja jam 07:00 pagi.

Saya ketinggalan kereta tepat di Stasiun Semarang Poncol, Stasiun transit, perjalanan saya sebenarnya adalah Solo-Cikarang, namun karena beberapa hal saya memilih mode Connecting Train, transit di Semarang.

Perjalanan saya dimulai dari Stasiun Solo Balapan menuju Stasiun Semarang Tawang. Kereta Api Banyu Biru adalah pilihan yang tepat, selain murah kereta ini pun sangat nyaman. 

Harga tiket untuk kelas ekonomi Rp 40.000 dan Rp 80.000 untuk kelas eksekutif. Sangat murah dibandingkan dengan KA Joglosemarkerto yang harga tiketnya Rp 100.000 untuk kelas ekonomi dan Rp 150.000 untuk kelas eksekutif. Kursi ekonominya pun sangat nyaman, karena kini KA Banyu Biru sudah menggunakan jenis kursi New Generation versi modifikasi, yang sebelumnya menggunakan kursi ekonomi kemenhub, kursi tegak berhadapan.

KA Banyu Biru yang saya tumpangi pada tanggal 23 Juli 2024 kemarin berangkat dari Stasiun Solo Balapan tepat pukul 10:40 dan tiba di Stasiun Semarang Tawang pada pukul 12:42. Perjalanan terasa aman dan nyaman, gerbong saya yaitu kereta ekonomi 2 hanya terisi sekitar 70 % penumpang saja.

Tiba di Stasiun Semarang Tawang tepat pukul 12:42, di benak saya masih ada jeda satu jam untuk melanjutkan perjalanan menggunakan Kereta Api Tawang Jaya dari Stasiun Semarang Poncol.

Biasanya ketika keluar dari pintu Stasiun sudah disambut tukang ojek, namun kali ini saya tidak mendapati mereka yang biasanya menawarkan jasa ojeknya.

Saya pun terpaksa berjalan ke arah barat menuju kerumunan tukang ojek yang biasanya mangkal.

Saya teringat bahwa di tas ransel ada nasi serta lauk pauk yang sengaja dibawa untuk bekal perjalanan. Di bawah pohon yang sejuk saya pun berhenti dan mengeluarkan isi tas lalu saya makan siang seadanya di sana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline