Kupandangi kalender bulan Agustus. Beberapa angka di dalamnya ditandai dengan bulatan-bulatan. Merah, hijau, biru.....dan yang paling banyak warna hitam.
Aaah, Agustus. Bulan yang selalu kuanggap paling sibuk. Bulan dimana aku tak sengaja melihatmu, memandangimu, dan mengenalmu dalam ritual acara yang 'kocak'.
Alun alun di tengah kota menjadi saksi bisu perjumpaan kita, bertahun-tahun yang lalu. Kita berdiri tegak, berjajar dalam barisan yang rapi. Siap mengikuti acara demi acara. Aku ada di barisan Pertiwi, sementara kau berada di barisan Pandawa.
Ada yang membuatku tak bisa mengalihkan pandangan dari wajahmu. Selama komandan upacara belum meneriakkan aba-aba, aku masih saja terpesona oleh raut wajah yang tak biasa. Entahlah, aku tak bisa menjelaskannya dengan lebih detail. Hidung melengkung seperti burung betet, lesung pipi yang samar samar nampak dan sikap acuh tak acuhmu pada sekeliling begitu menarik perhatianku.
Upacara hampir selesai. Aku terlonjak kaget ketika seseorang meneriakkan namamu diantara gemuruh aubade di sisi kiri tempat upacara.
"Jadi.....namanya Agus...." gumamku. Aku seperti menemukan jalan untuk bisa lebih mengenalmu.
=======
Saat di parkiran, Dodi menarikku ke arahnya. Ia menyodorkan tangan Agus. Mau tak mau aku pun menyambut uluran tangan itu.
"Agus....." katamu. Ringan, tanpa basa basi.
" Dhenok....." sahutku. Gemuruh di dadaku seolah bisa meruntuhkan dunia. Mukaku memerah tiba-tiba.