Sudah satu tahun lebih wabah covid-19 ini sangat berdampak sekali pada banyak sektor di Indonesia terutama pada sektor perekonomian. Salah satu industri yang sangat berpengaruh pada perekonomian Indonesia adalah industri perfilman. Sejak sekitar tahun 2018 film-film Indonesia sedang berada di puncak kebangkitannya. Hal itu tentunya diakibatkan dari dukungan dan kontribusi penonton serta pemerintah. Dilansir dari Wikipedia, adapun film-film Indonesia terlaris seperti Dilan 1991, Imperfect, Dua Garis Biru, Perempuan Tanah Jahanam, dan masih banyak lagi. Dengan adanya film-film yang berkualitas bagus itu mengakibatkan Indonesia menjadi pasar film nomor 10 terbesar di dunia. Namun, sejak adanya pandemi pada awal 2020, kegiatan industri perfilman di Indonesia terpaksa harus dibatasi bahkan ada juga yang berhenti baik pada proses praproduksi sampai pascaproduksi. Sejak saat itu industri perfilman Indonesia mengalami penurunan, karena bioskop-bioskop di seluruh Indonesia juga dilarang untuk beroperasi.
Memang, aturan penutupan bioskop oleh pemerintah itu ditujukan untuk memutuskan rantai penyebaran virus corona, namun apakah akan selamanya? Tentunya tidak. Dengan dibarengi program vaksinasi covid di seluruh Indonesia saat ini, sebagian bioskop di Indonesia sudah diperbolehkan beroperasi dengan menggunakan aturan protokol kesehatan. Sebenarnya semenjak pandemi mulai menyerang, masyarakat lebih banyak yang memilih menonton film dari rumah menggunakan layanan streaming. Namun, seperti dikatakan oleh salah satu sutradara profesional, Joko Anwar dalam wawancara berita di Kompas TV bahwa layanan streaming masih belum bisa menopang industri film Indonesia jika dihubungkan dengan ongkos produksi film itu sendiri. Justru semakin banyak layanan situs streaming sejak pandemi, semakin banyak juga situs-situs film ilegal di internet yang merupakan musuh besar bagi industri perfilman.
Mulai dari sekarang, pemerintah harus berusaha membangkitkan kembali industri film di Indonesia. Angela Tanoesoedibjo selaku Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menegaskan saat ini ada beberapa program untuk mengembalikan industri perfilman, antara lain:
- Vaksinasi Covid-19 untuk para pekerja seni
- Mendukung kegiatan produksi film
- Mendukung kampanye kembali ke bioskop dengan protokol kesehatan, dan
- Memberantas pembajakan film
Menurutnya, solusi mengatasi pembajakan film adalah dengan edukasi dan sosialisasi pada masyarakat, karena masyarakat sebenarnya sangat ingin menghargai karya dari film-film itu namun mereka masih belum mengerti bahwa akses itu merupakan akses yang ilegal.
Dengan dibukanya bioskop mulai saat ini pastinya juga akan disambut senang oleh para pecinta film, mengingat sudah setahun lebih tempat-tempat hiburan sedikit sekali yang bisa beroperasi karena pandemi. Tentunya di bioskop juga harus menerapkan protokol kesehatan seperti social distancing pada bangku penonton, menyediakan hand sanitizier, serta pembersih udara di ruangan teater. Harapan untuk kedepannya semoga pandemi ini segera hilang dan ini merupakan awal yang baik untuk membangkitkan kembali industri perfilman Indonesia sehingga perekonomian negara juga ikut terbantu.
Penulis: Enggar Jati Wahyu Nurhadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H