Kau sudah tidak bisa lagi aku ajak bicara, apa lagi mengerti atau memahami posisi ku. Kau sudah sangat berubah, keangkuhan dan keegoisan membuat mu semakin seperti orang asing buat ku.. atau mungkin aku yg selama ini tidak mengenal mu dengan baik.
Aku hanya bisa pasrah atas segala yg telah terjadi ataupun akan terjadi nanti. Semoga sehebat apapun kamu menyakiti ku, Allah akan semakin memberikan kekuatan dan ketegaran yang berlipat untuk ku.
Terakhir kita bicara kamu mengusir ku, mendelete langsung pesan melalui WhatsApp yg aku kirim tanpa membacanya terlebih dahulu hanya karena aku terus memohon bahwa hati ku rapuh, masa depan ku hancur dan penuh trauma. Aku tidak ingin kembali kepada mu karena hati ku pun sudah tak mengenal kata cinta, yang ada hanya rasa sakit yg terus aku cegah agar tidak menjadi sebuah kebencian.. Aku hanya memohon agar kamu pergi dari kota tercinta ku, dari tempat kerja yg mempertemukan kita. Seharusnya tidak ada yg sulit untukmu, kau seseorang pendatang. Bahkan aku sudah mencarikan tempat kerja yang baru dekat dengan rumah orang tua mu, dengan jabatan yg sama dengan ditempatnya sekarang bekerja. Kau malah menganggap ku seorang pembohong... keterlaluan hingga mengusir mu..
Entah bagaimana lagi cara menyampaikan penderitaan kusetelah kau membuat ku bertahan, berjuang, merendahkan harga diri ku demi hubungan kita selama 3 tahun, aku nyaris gila, bahkan menyalahkan Tuhan yang mempertemukan aku dengannya. Tapi kau anggap aku bohong dan berlebihan. Jika kau disini aku harus bertemu orang yg membuat ku trauma setiap saatnya, aku harus menulis nama mu dalam beberapa pekerjaan, aku harus mendengarkan teman" bergunjing tentang mu, dan aku harus menahan sakit melihat kamu bersenang" bersama wanita lain, menatap mu nanar melihat wajah & semangat mu jika harus setoran' dengannya, ditambah lelucon nakal' dari teman-teman yang menyaksikan kejadian itu..
Aku sakit.. bahkan aku nyaris depresi.. semua karena kamu... usir saja terus aku... usir sesuka hati mu... seolah kau ingin agar aku membenci mu dan berhenti mengusik kebahagiaan mu...
Mengapa kau rela menukar masa depan ku hanya karena materi, jabatan... ?????????
Mengapa???????
Teruslah diam dan bungkam...
Nikmatilah kebahagiaan mu setelah semua tujuan mu tercapai....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H