Lihat ke Halaman Asli

Cerita dari Sudut Ibu Kota

Diperbarui: 12 November 2018   08:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Ketika berkunjung ke Luar  Negeri  terutama di wilayah Asia, biasanya orang tertarik untuk mendatangi tempat-tempat yang unik dan memiliki nilai budaya yang kental dengan sejarah daerah tersebut. Namun seringkali kita melupakan bahwa ada tempat yang tidak kalah unik dan memiliki nilai  seni dan sejarah yang berada di sekitar kita yang menarik untuk di explore.

Ini bukan di Taiwan apalagi di Hongkong, ini cuma di Tiongkok namun tidak membutuhkan visa untuk mengunjunginya. Ya inilah dia, kawasan Pecinan Petak Sembilan Glodok, yang biasa disebut sebagai Tiongkoknya Ibukota. Beberapa kali mendengar tentang Glodok sebagai Chinatown Jakarta, justru rasa tertarik untuk mengunjungi tempat ini ketika mengetahui ada salah satu vlogger asing yang datang berwisata, betapa menyesalnya saya sebagai warga negara apabila belum singgah. Akhirnya saya memutuskan untuk berkunjung.

Dokpri

Seperti biasa yang saya lakukan apabila akan melakukan suatu perjalanan, memesan penginapan atau transportasi seperti pesawat dan kereta api https://www.pegipegi.com/ selalu menjadi pilihan, dan kali ini https://www.pegipegi.com/travel/ sangat membantu untuk menemukan banyak informasi tentang tempat yang akan saya explore yaitu kawasan Petak Sembilan Glodok.

Di Sabtu pagi yang cerah perjalanan saya bersama dua orang teman di mulai. Karena kami adalah anak kost yang tinggal di daerah Kemayoran, jadi kami sengaja mampir untuk membeli beberapa keperluan di pasar baru yang terletak tidak terlalu jauh.  Pasar baru ini juga merupakan bangunan bersejarah dan merupakan pusat perbelanjaan tertua di Jakarta yang didirikan pada tahun 1820. Pedagang asongan berjajar di sepanjang jalan bahkan di setiap sudut atau gang berliku yang ada di pasar baru, tak terkecuali aneka ragam jajanan dan makanan di sekitar yang kaya akan rasa dan sudah ada sejak berpuluh-puluh tahun lalu. 

Dokpri

Setelah selesai berkuliner dan membeli keperluan, perjalanan kami lanjutkan kembali ke tempat tujuan utama.

Mendekati siang hari ketika kami tiba. Walking tour kami di mulai dari Jl. Kemenangan III. Sulit menjelaskan atmosphere yang saya rasakan ketika itu, nuansa budaya yang begitu kental membuat saya terpesona. Kami menyusuri gang-gang kecil yang mengingatkan saya dengan perkampungan di Ho Chi Minh City, Vietnam. Bertemu dengan banyak penduduk yang sedang bercengkerama di sepanjang gang kecil tersebut, sebelum akhirnya langkah kaki membawa kami pada ujung gang yang merupakan tujuan pertama kami yaitu Pasar Petak Sembilan. 

Masih berjalan mengikuti jalan panjang yang berada di depan, keramaian kian terasa di siang hari menuju sore itu. Beraneka macam makanan, obat-obatan tradisional cina, rempah dan bumbu dapur, buah dan sayur, toko-toko kelontong, barang pecah-belah dan masih banyak lagi, semuanya ada disana. Bahkan sebagian besar hampir tidak pernah saya lihat dijual di tempat lain. Dengan riang saya dan teman membeli permen susu yang biasa kita temui ketika masa-masa masih duduk di bangku SD dulu.

Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadi

Selanjutnya, kami kembali berjalan dan menyusuri sebuah gang yang lain. Terlihat lampion-lampion yang dibingkai cantik menghias langit-langit gang tersebut, juga beberapa lampion dengan ukuran lebih besar di depan beberapa kios. 

Kawasan Pecinan Glodok yang merupakan daerah pemukiman Tionghoa ini sejak dulu telah menjadi urat nadi perekonomian di Jakarta. Dapat terlihat sih disini dengan ramainya pengunjung yang datang untuk  berbelanja ataupun  berwisata, seperti saya.

Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadi

Kemudian, kami mampir membeli bawang lanang dan kunyit putih yang dijual oleh seorang Ibu paruh baya. Selain untuk bumbu dapur, bawang lanang dan kunyit putih ini juga mempunyai khasiat untuk kesehatan. Kami juga mampir untuk membeli kue keranjang di salah satu kios yang menjual aneka rupa makanan dan oleh-oleh.

Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadi

Tujuan kami selanjutnya adalah gang Gloria yang terletak di sebrang pasar. Disini terdapat beraneka macam makanan dan minuman yang dijual. Ada sebuah kedai kopi legendaris yaitu kopi es Tak Kie, yang berdiri pada tahun 1927. Nama Tak Kie berasal dari kata "Tak" yang artinya orang yang bijaksana, sederhana dan tidak macam-macam. Sementara kata "Kie" yang berarti mudah diingat orang. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline