Lihat ke Halaman Asli

Eneng Humaeroh

Perjalanan sejauh apapun dimulai dengan langkah pertama

Perempuan Politik dalam Pusaran Pandemi

Diperbarui: 21 Juni 2023   03:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tulisan ini merupakan tulisan lama yang dimuat di Media Indonesia pada saat Indonesia dilanda wabah covid 19 dan semua aktivitas dilakukan di rumah. Kali ini saya ingin memposting ulang di Kompasiana 

SEJAK WHO menetapkan dunia mengalami pandemi global, semua sektor mengalami keguncangan dan kelumpuhan. Bagaimana perempuan politik menghadapi situasi ini? Faktanya, dalam situasi pandemi, perempuan malah menerima beban yang lebih besar karena semua kegiatan berpusat di rumah, tempat perempuan dianggap sebagai penanggung jawab. Selain melaksanakan work from home, perempuan menjadi pendamping kegiatan anak-anak, pengajar, bahkan menjadi tenaga medis keluarga dari ancaman covid-19. 

Memastikan keluarga aman, nyaman, dan tenteram secara psikologis diberikan pada pundak perempuan. Nyata sekali bukti kemandirian perempuan dalam menghadapi pandemi sehingga meruntuhkan stigma dan stereotip perempuan yang selama ini dianggap lemah. Hal ini semestinya menjadi perhatian pemerintah terhadap peran perempuan, terutama dalam bingkai kepentingan politik. Sepi popularitas Di tengah pandemi, perempuan politik terus bergerak melakukan tugas pendidikan politik. 

Mendorong representasi perempuan di legislatif, melakukan advokasi atas persoalan perempuan, anak, keluarga, dan sosial, serta terus membangun sinergi dengan berbagai elemen gerakan lain. Selepas menunaikan tugas-tugas domestik, perempuan politik tetap beraktivitas dalam berbagai kegiatan politik meskipun dilakukan secara daring atau virtual. Berbagai diskusi serial dan webinar terus digelar demi mewujudkan keterwakilan perempuan, baik di parlemen maupun di pemerintahan. 

Hal itu menunjukkan kesiapan mental spiritual perempuan politik dalam menghadapi tantangan politik. Pandemi tidak menyurutkan langkah perempuan politik untuk terus menyosialisasikan keterwakilan 30% perempuan di kancah perpolitikan praktis. Sayangnya, semangat dan kiprah perempuan politik belum dibarengi dengan perhatian publik terhadap aktivitas ini. Publik masih dingin-dingin saja menanggapi isu ini. Bahkan, analisis big data yang dilansir Evello terhadap politik terutama Pilkada 2020 pada masa pendemi ini sama sekali tidak menarik perhatian. Politik tidak menarik untuk dibicarakan, apalagi mengenai perempuan. 

Tren berita yang muncul dalam enam bulan terakhir masih seputar covid-19, masalah kesehatan, ekonomi, dan pendidikan. Isu kemandirian dan ketangguhan perempuan di tengah pan- demi belum menjadi trending topic yang meningkatkan popularitas perempuan politik. Kendati pun muncul kandidat perempuan yang maju di pilkada, porsi pemberitaannya belum sebesar kandidat laki-laki. Artinya, tingkat popularitasnya masih tertinggal dari kandidat laki-laki. Hal ini perlu menjadi perhatian gerakan perempuan agar jangan sampai aktivitas perempuan hanya riuh di kalangan terbatas, tetapi sepi dari perbincangan masyarakat. 

Ada beberapa faktor penyebab kurang populernya aktivitas perempuan politik. Pertama, isu yang diangkat kurang menarik perhatian. Sebagian orang masih menganggap isu keterwakilan perempuan atau isu afi rmasi ialah isu sektoral yang sempit, terbatas, eksklusif, dan hanya bicara soal perempuan. Meski pandangan ini salah kaprah, sayangnya itulah realitas masyarakat. Kedua, kurang membangun sinergi dengan media, infl uencer, ataupun lembaga publik yang dapat meningkatkan popularitas perempuan politik. 

Masih banyak perempuan politik yang gagap dalam menghadapi media dan cecaran pertanyaan wartawan. Ketiga, kurang optimal menggunakan IT untuk meningkatkan kekuatan jejaring sosial melalui media sosial. Saat ini kekuatan media sosial begitu luar biasa dalam membentuk opini publik, meningkatkan popularitas seseorang, dan membangun jejaring. Dukungan partai politik Berdasarkan penelusuran Evello yang dilakukan sepanjang April 2020, pemberitaan bertema politik hanya menguasai share index sebesar 3,79% jika dibandingkan dengan tema berita lainnya. 

Jumlah komentar pengguna media sosial terhadap berita-berita politik juga terbilang kecil, hanya 11,5% jika dibandingkan dengan tema lainnya. Apabila big data itu dijadikan data awal, ini merupakan suatu tantangan serius, bagaimana perempuan dengan kemandiriannya mampu meningkatkan popularitas dan elektabilitas diri dalam kancah pertarungan politik, baik menghadapi pilkada maupun Pileg 2024 nanti. Jika parpol serius dan sungguh-sungguh ingin memunculkan kader perempuannya sebagai kandidat cakada dan kandidat caleg potensial pada 2024, perlu memberikan langkah-langkah dukungan.

Salah satu langkah strategis ialah menjadikan isu kemandirian perempuan selama pandemi sebagai isu yang dikemas menarik, dijual dan di publikasikan. Kemandirian perempuan yang teruji selama pandemi, dapat dijadikan tema politik. Bagaimana perempuan eksis dan menjadi model inspiratif dalam menghadapi segala macam problematik sosial yang mengepung berbagai aspek.

Sumber: https://mediaindonesia.com/opini/335924/perempuan-politik-dalam-pusaran-pandemi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline