Lihat ke Halaman Asli

M. Endy Yulianto

Dosen Vokasi Undip

Prodi TRKI Vokasi Undip Kembangkan Glukosa Cair dari Pati Sagu

Diperbarui: 17 November 2024   09:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mohamad Endy Julianto Dosen TRKI Vokasi Undip/dokpri

Indonesia merupakan negara penghasil sagu (Metroxylon sp.) terbesar di dunia. Luas lahan sagu Indonesia mencapai 51% dari luas lahan sagu dunia, yakni 1.25 juta Ha. Tanaman sagu merupakan penghasil pati kering tertinggi dibandingkan dengan padi dan jagung.

Sagu mampu menghasilkan 25 ton sagu kering perhektar, sedangkan padi dan jagung sebesar  6 dan 5,5 ton perhektar. Keunggulan lain tanaman sagu dibandingkan dengan tanaman penghasil pati lain adalah bahwa teknologi budi daya sagu tergolong mudah, sederhana dan lebih ekonomis.

Sebagai penghasil pati terbesar, sagu sangat berpotensi dikembangkan sebagai sumber bahan pangan dan bahan baku sintesa produk turunan dari pati. Salah satu produk turunan pati sagu adalah glukosa cair, seperti yang dikembangkan melalui gagasan inovatif oleh Prodi Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI) Vokasi Undip., yakni Mohamad Endy Julianto, Malika Pintanada Kaladinanty dan Abitha Mona Wisya.

Malika Pintanada Kaladinanty, Mahasiswa TRKI Vokasi Undip/dokpri

Malika menyampaikan bahwa saat ini glukosa cair dibuat dari singkong dan jagung. Glukosa cair dimanfaatkan sebagai pengganti gula pasir pada industri kembang gula, minuman, dan biskuit. Glukosa cair dapat meningkatkan kehalusan, menekan titik beku, mencegah kerusakan mikrobiologis, dan memperbaiki tekstur bahan.

Kebutuhan glukosa cair dalam negeri baru terpenuhi sekitar 60%. Impor sirup glukosa Indonesia mencapai 112.396 kg. Kebutuhan dunia industri akan bahan pemanis terus meningkat seiring dengan perkembangan industri-industri penggunanya, terang Malika.

Guna mensinergikan upaya diversifikasi dan pengembangan produk berbasis sagu dan upaya peningkatan kemandirian bangsa dalam pemenuhan kebutuhan pemanis khususnya glukosa cair, maka perlu dikembangkan proses produksi glukosa cair dari pati sagu, ujar Abitha.

Abitha mengungkapkan bahwa glukosa cair dibuat melalui proses hidrolisis pati. Proses hidrolisis dapat berlangsung melalui hidrolisis asam atau enzimatis. Dalam pembuatan sirup glukosa, pemilihan sumber pati harus mempertimbangkan kandungan amilosa dan amilopektinnya. Sumber pati yang mempunyai amilopektin tinggi lebih baik karena memiliki pati ISP (Insoluble Starch Particles) yang dapat dihidrolisis secara asam maupun enzimatik.

Pati juga harus berprotein dan lemak rendah karena menyebabkan adanya reaksi maillard yang dapat menyebabkan warna kecoklatan pada glukosa cair. Pati sagu memiliki kandungan amilopektin yang cukup tinggi, berprotein dan berlemak rendah sehingga cocok untuk dijadikan bahan baku pembuatan glukosa cair, tutur Abitha.

     

Sementara itu Endy menambahkan bahwa hidrolisa pati sagu secara enzimatis pada reaktor membran tubular nampaknya sangat menjanjikan untuk dikembangkan. Hidrolisis enzimatis memiliki banyak keuntungan bila dibandingkan dengan proses hidrolisa konvensional menggunakan asam. Kelebihan-kelebihan tersebut diantaranya konversi glukosa menjadi D glukosa lebih tinggi (bisa mencapai 97%), suhu operasi lebih rendah, tidak diperlukan peralatan yang tahan terhadap korosi, hidrolisa secara enzimatis tidak mempengaruhi warna produk, hemat akan bahan kimia karena tidak memerlukan bahan kimia penetral, dan tidak dihasilkan endapan garam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline