Lihat ke Halaman Asli

Endro S Efendi

TERVERIFIKASI

Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Pandemi, Tangki Emosi, dan UINSI

Diperbarui: 15 Juli 2021   22:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sevima.com

Saya yakin, jika warga Indonesia ditanya, pasti semua sudah lelah menghadapi pandemi. Tak hanya lelah fisik, tapi juga lelah pikiran. Pokoknya lelah semuanya. Sementara, menghadapi pandemi ini sama sekali tak boleh lelah. Harus tetap semangat dan punya motivasi.

Yang paling utama adalah, harus selalu menjaga rekening emosi agar tetap stabil. Emosi kita tak ubahnya seperti buku tabungan. Jika setiap hari bocor karena membaca berita negatif dan membuat cemas, tentu saja kita sedang membiarkan tubuh kita sakit secara otomatis.

Sebaliknya, jika terus menjaga agar tabungan emosi positif lebih banyak, bahkan punya deposito berlebih, maka apa pun kondisi yang terjadi, akan terasa lebih mudah dan nyaman.

Tentu tidak mudah menghadapi kondisi seperti ini. Ada yang harus kehilangan pekerjaan hingga penghasilan yang berkurang drastis. Termasuk hilangnya fasilitas yang sebelumnya melekat. Sangat manusiawi jika kemudian terpengaruh secara emosi. Saya yakin, ada banyak orang mengalami hal ini, bahkan boleh jadi lebih parah.

Maka, saya sangat bersyukur. Ternyata, ilmu pikiran yang saya pelajari sejak 2014 lalu, manfaatnya semakin terasa dalam kondisi saat ini. Memahami cara kerja pikiran, sangat membantu kondisi psikologis tetap stabil. Secara sadar, bisa terus-menerus menambah saldo emosi dengan hal yang lebih positif dan menyenangkan.

Salah satu yang kemudian muncul adalah, ide untuk kembali menuntut ilmu. Ya, selama ini sudah sering berkeinginan kembali kuliah pascasarjana. Namun, keinginan itu hanya sebatas impian, karena padatnya kesibukan dan aktivitas. Justru di saat inilah, kesempatan untuk kuliah ternyata sangat terbuka lebar.

Gayung bersambut, pikiran bawah sadar menghadirkan banyak informasi sesuai keinginan. Perangkat lunak ciptaan Allah ini cara kerjanya memang luar biasa. Tiba-tiba muncul iklan dari Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda, yang di antaranya ada program pascasarjana (S2).

Ternyata, jurusan yang saya inginkan pun tersedia, yaitu ilmu komunikasi. Memang tidak linier dengan perkuliahan saya sebelumnya. Namun selama ini, saya memang lebih banyak berkutat di ilmu komunikasi. Ya tak masalah, belajar kan boleh-boleh saja.

Yang lebih bersyukur lagi, biaya kuliah S2 di kampus ini ternyata bisa dikatakan sangat efisien dibanding kampus lain. Hanya Rp 5 juta per semester. Sementara, di kampus lain rata-rata di atas Rp 8 juta per semester. Bahkan, ada yang menawarkan biaya Rp 17 juta per semester.

Saya sadar dan tahu, ilmu memang tidak bisa diukur dengan uang. Namun, di masa seperti ini, kuliah dengan biaya efisien jelas sangat membantu. Maka, kesempatan kuliah di masa seperti sekarang harus benar-benar dimanfaatkan. Bahkan bisa menjadi obat agar pikiran disibukkan dengan sesuatu yang lebih positif.

Apalagi, kuliahnya juga tidak perlu ke kampus, cukup di rumah saja. Soal efektif atau tidak, tergantung masing-masing orang. Setidaknya, ketimbang membuka media sosial yang isinya juga lebih banyak racun ketimbang madu, mending waktunya dipakai untuk kuliah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline