Lihat ke Halaman Asli

Endro S Efendi

TERVERIFIKASI

Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Gaji Rp 80 Juta pun Ngeluh

Diperbarui: 26 April 2020   02:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pekerja di-PHK (Afbeelding/Getty via limburger.nl)

Sedang viral di jagat media maya, seseorang yang selama ini memiliki gaji Rp 80 juta per bulan mengeluh, karena akhirnya dilakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Akibatnya, semua rencana hidupnya ambyar.

Cicilan tak terbayar, gaya hidup sudah terlanjur di awang-awang. Angka Rp 80 juta itu jelas mengingatkan pada sosok Vanessa Angel yang pernah mendapat bayaran sebesar itu saat bertandang ke Surabaya.

Cerita soal gaji Rp 80 juta tersebut dibagikan akun Twitter @_pasiholan. Akun tersebut menceritakan temannya berprofesi sebagai karyawan swasta dengan gaji Rp 80 juta per bulan kini harus menerima kenyataan pahit karena kena PHK oleh perusahaan.

Padahal karyawan tersebut kerap hidup mewah. Disebutkan, temannya memiliki cicilan kredit mobil mewah dan kredit rumah di Kota Wisata yang mencapai Rp3 miliar.

skrinsyut Twitter

Saat ini, tabungannya sudah tipis dan merasa kebingungan dengan kondisi yang dialaminya saat ini. Akibatnya, rumah tangga karyawan tersebut berantakan lantaran kehidupan keluarganya selama ini tergolong tinggi. Ia menambahkan temannya tersebut kini mengaku kebingungan.

Membaca kabar viral tentang gaji tersebut, siapa yang jiwanya tidak berontak bahkan meronta-ronta. Apalagi jiwa mereka yang pendapatannya selama ini pas-pasan, mungkin seketika syok mendengarnya.

Lah, yang gajinya setara honor Vanessa Angel saja mengeluh, apa kabar mereka yang untuk makan sehari-hari saja harus memeras keringat bahkan harus muntah darah?

Ada buruh pasar, ada tukang sayur, ada pedagang kaki lima, tukang parkir, penyapu jalan, pemulung, tukang ojek pengkolan, pekerja serabutan, dan masih banyak sederet pekerjaan lainnya yang penghasilannya hanya bisa dimakan pada hari yang sama.

Saya lantas ingat sebuah seminar yang pernah saya ikuti, bahwa ada kurikulum yang kurang dari sistem pendidikan di Indonesia. Apa itu? Yaitu cara mengelola keuangan. Di negara lain, cara mengelola keuangan sudah diajarkan sejak dini. Sementara di Indonesia, ini belum banyak dilakukan.

Coba perhatikan, pendidikan melek finansial atau soal keuangan justru banyak didapatkan dari kursus atau seminar. Akibatnya, dalam kondisi pandemi Corona saat ini, tidak banyak yang mampu bertahan karena belum memiliki kemampuan mumpuni dalam mengelola keuangan yang baik. Maka sudah saatnya, kurikulum melek keuangan diajarkan sejak kecil.

Pemahaman pengelolaan keuangan bukan untuk mereka yang kaya atau belum kaya. Ini adalah soal bagaimana mengelola hasil yang didapatkan untuk mengatur dan merancang masa depan. Sehingga jika terjadi sesuatu, semua masih bisa bertahan dengan baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline