Apa yang saya tulis ini bukan endors. Ini adalah berbagi pengalaman agar sahabat semua yang menyukai ilmu pikiran, bisa memilih lembaga yang tepat untuk belajar. Tak pernah terbersit sedikit pun untuk berprofesi menjadi seorang hipnoterapis klinis. Awalnya, saya hanya ingin mengatasi diri sendiri. Bagaimana bisa mengelola dan mengendalikan emosi dengan baik.
Sebagai wartawan, entah sudah berapa banyak seminar atau pelatihan yang saya ikuti. Namun tak banyak pelatihan atau seminar yang betul-betul bisa mendapat pemahaman utuh soal cara kerja pikiran. Sampai akhirnya saya mengikuti pelatihan Quantum Life Transformation (QLT) di Tretes, Pasuruan, Jawa Timur. Ini adalah pelatihan yang dikembangkan pakar teknologi pikiran Adi W Gunawan sekaligus pendiri lembaga Adi W Gunawan Institute of Mind Technology di Surabaya.
Ini pelatihan selama 4 hari 3 malam paling mahal yang pernah saya ikuti. Tapi sejak itu pula saya banyak mendapatkan pemahaman tentang cara kerja pikiran dan bagaimana membenahi pola pikir diri sendiri. Hasilnya memang luar biasa bagi diri sendiri dan keluarga.
Hingga akhirnya keluarga mendorong untuk belajar lagi, dan sampailah saya berada di kelas Scientific EEG & Clinical Hypnotherapy (SECH) pada 2015 silam. Tak cuma sekali. Pada 2017, saya mengulang lagi mengikuti kelas tersebut, untuk penyegaran termasuk ada beberapa tambahan teknik yang diperoleh.
Lalu, kenapa harus belajar di Adi W Gunawan Institute (AWGI)? Satu hal yang sangat berbeda adalah, seluruh murid dan alumni yang belajar di tempat ini sama-sama memiliki komitmen untuk menjaga protokol terapi yang dikembangkan. Komitmen bersama itulah yang akhirnya menjadikan teknik terapi yang dikembangkan memiliki energi yang sangat besar dan begitu ampuh membantu klien mengatasi setiap persoalan.
Energi positif dari semua hipnoterapis AWGI ini semakin hari memiliki efek bola salju yang semakin besar dan membentuk sebuah medan energi yang sangat kuat. Sudah banyak referensi yang menegaskan bahwa pikiran mausia terhubung dengan alam semesta. Dalam ranah psikologi disebut Universal Conciousness (pikiran alam semesta) atau dalam bahasa biologi disebut Morphogenetic Field (medan morfogenetika). Guru saya, Adi W Gunawan lebih suka menyebut sebagai morphic field.
Menurut Adi W Gunawan, saat semua hipnoterapis AWGI menggunakan protokol terapi yang sama secara berulang-ulang, maka morphic field yang terbentuk akan semakin kuat. Maka tidak heran jika hipnoterapis yang baru lulus sekalipun, bisa melakukan terapi dengan baik dan sukses membantu klien karena kuatnya morphic field ini.
Atas dorongan itu pula, secara berkala para hipnoterapis AWGI melakukan relaksasi bersama di waktu yang sama, di tempat yang berbeda-beda. Ini untuk menyatukan energi dan memperkuat morphic field tersebut. Diskusi melalui zoom belakangan juga kerap dilakukan, untuk semakin memperkuat pemahaman mengenai materi energi ini.
Adi W Gunawan mencontohkan salah satu teknik terapi emosi mandiri yang banyak dilakukan terapis lain. Hasilnya kurang efektif karena teknik tersebut sudah banyak dimodifikasi sesuai selera terapisnya masing-masing. Bahkan pencipta teknik itu sendiri mengakui lemahnya teknik tersebut. Ini terjadi karena morphic field dari teknik tersebut tidak lagi utuh dan energinya sudah ambyar.
Selalu diingatkan pula, agar sebelum melakukan terapi, klien dan hipnoterapis bisa menyatukan morphic field agar hasilnya lebih efektif. Maka hipnoterapis harus dalam kondisi prima dan fit dengan energi maksimal. Sebaliknya, lebih baik proses terapi ditunda jika kondisi tersebut tidak maksimal.
Dari pengalaman ini pula, Adi W Gunawan mengingatkan semua hipnoterapis untuk menyebarkan energi positif dan pikiran positif dilandasi sikap rasional, untuk menghadapi pandemi Covid-19. Apalagi saat ini energi masyarakat Indonesia sedang lemah karena kasus ini. Narasi berita dan informasi yang kurang positif, semakin melemahkan energi tersebut.