Lihat ke Halaman Asli

Endro S Efendi

TERVERIFIKASI

Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Dirgahayu RI, Saatnya Merdeka dari Masa Lalu

Diperbarui: 18 Agustus 2019   07:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Kompas

Setiap 17 Agustus adalah momen istimewa bagi bangsa Indonesia. Sebab pada tanggal itulah, 74 tahun lalu, bangsa ini menegaskan lepas dari segala bentuk penjajahan dan menginjak era kemerdekaan. Lantas apa makna kemerdekaan tersebut bagi diri sendiri?

Jika boleh berpendapat, momen inilah saat tepat untuk segera merdeka juga dari masa lalu. Kenapa? Karena masa lalu adalah salah satu bentuk penjajahan bagi diri sendiri yang sangat merusak pikiran, dan berpotensi menghambat kemajuan setiap individu.

Penyanyi Inul Daratista pun sudah mengingatkan. "Masa lalu... biarlah masa lalu..., jangan kau ungkit, jangan ingatkan aku..." Demikian lirik lagunya berjudul Masa Lalu.

Masa lalu adalah beban berat yang harus segera dilepas. Jika tidak, jangan heran jika perjalanan hidup seolah tersendat dan sulit meraih impian yang diharapkan.   

Setiap orang tentu memiliki masa lalu. Baik atau buruk, masa lalu telah memberikan banyak makna dalam kehidupan sekarang dan yang akan datang. Bagi sebagian orang, ada saja yang sulit melepas masa lalunya. Apalagi jika kejadian di masa lalu itu berisi emosi dengan intensitas yang sangat tinggi. Otomatis, masa lalu yang seperti ini hanya akan menjadi beban dan membuat seseorang sulit memikirkan masa depan.

Apakah tidak boleh mengingat masa lalu? Tentu saja bukan tidak boleh. Namun, jika terlalu sering melihat masa lalu, otomatis masa depan tidak kebagian energi sama sekali. Ini ibarat mengemudi mobil. Bayangkan jika saat mengemudi mobil, yang lebih banyak dilihat adalah spion, bukan kaca utama bagian depan. Tentu saja risiko mengalami kecelakaan, sangat tinggi.

Kaca utama di depan ibaratnya adalah masa depan. Sementara kaca spion baik di sebelah kiri maupun kanan serta tengah, adalah gambaran dari masa lalu.

Saat mengemudi, tentu sesekali perlu juga melihat kaca spion, untuk mengantisipasi ada atau tidaknya hambatan dari bagian belakang mobil.

Begitu pula saat merancang masa depan, sesekali juga diperlukan untuk melihat masa lalu, hanya sebagai pengalaman berharga dan sekadar untuk diambil hikmahnya. Sehingga jika di masa lalu pernah mengalami kegagalan atau kesalahan dalam melakukan sesuatu, maka di masa depan tidak akan terjadi lagi.

Fakta nyata, di ruang praktik hipnoterapi, saya cukup banyak menemukan masalah yang berhubungan dengan masa lalu. Begitu banyak klien menyimpan emosi yang sangat tinggi dengan masa lalunya. Dendam, sakit hati, trauma, kecewa, adalah emosi yang kerap menyertai masa lalu dari klien saat menjalani sesi hipnoterapi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline