Pemilihan Presiden 2019 kali ini memang sangat luar biasa. Apalagi di jagat media maya. Semua saling menjagokan figur andalannya. Tak hanya itu, bumbunya ditambah lagi dengan saling hujat. Bahkan ada yang kebanyakan bumbu sampai-sampai terasa keasinan, bahkan memberikan efek eneg atau mual.
Tapi itulah seninya. Sebab, semua yang terjadi saat ini sejatinya juga masih berhubungan dengan pikiran bawah sadar. Pasti sudah banyak yang tahu bahwa pikiran bawah sadar mengendalikan setiap individu dengan rasio 95 bahkan sampai 99 persen. Sementara pikiran sadar hanya memegang kendali 1 sampai 5 persen.
Atas dasar itulah, tak mudah bagi setiap orang mempengaruhi orang lain. Mempengaruhi orang lain sama dengan mengubah pikiran bawah sadarnya.
Kondisi saat ini, khususnya dalam pemilihan presiden, sebagian besar rakyat sudah memiliki pilihan masing-masing. Dan itu sudah masuk dalam pikiran bawah sadar. Jangan coba-coba mengubahnya, karena memang tidak mudah.
Meski segudang data dan fakta coba disuguhkan, hal itu tidak akan bisa mempengaruhi pikiran bawah sadar orang lain yang sudah memiliki pilihan. Kampanye dan propaganda yang saat ini dilakukan oleh setiap pasangan, tujuan utamanya adalah menyasar pemilih mengambang alias yang belum punya pilihan. Bahasa kerennya disebut swing voter. Pasangan yang bisa menembus pikiran bawah sadar swing voter inilah yang akan bisa memenangkan perebutan suara dalam Pemilu mendatang.
Lantas bagaimana cara menembus pikiran bawah sadar? Ada lima cara menembus pikiran bawah sadar. Pertama, figur otoritas. Kedua, emosi intens. Ketiga, repetisi. Keempat, identitas kelompok. Kelima, relaksasi pikiran salah satunya dengan hipnoterapi. Saya mendapatkan pemahaman soal ini di kelas Scientific EEG & Clinical Hypnotherapy (SECH) Adi W Gunawan Institute of Mind Technology di Surabaya.
Maka, coba kita kulik satu demi satu lima cara tersebut. Entah disadari atau tidak, ternyata kedua pasangan dalam pilpres ini sudah memainkan lima jurus itu untuk mengambil hati rakyat, dalam hal ini, menembus pikiran bawah sadar. Ini pula yang disebut dengan kondisi hipnosis.
1. Figur Otoritas
Baik Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo-Sandiaga, kedua pasangan ini sudah sangat piawai memainkan figur otoritas mereka. Jokowi misalnya, mempertahankan figur yang tampil apa adanya.
Kemeja putih dengan lengan digulung. Kadang dipadu dengan celana kasual dan sepatu kets. Jadilah tampak merakyat. Bagi rakyat yang suka dengan gaya seperti ini, jelas figur Jokowi akan sangat disukai. Maka, meski ada yang menghujat, hal itu tidak akan banyak berpengaruh.
Begitu pula dengan pasangannya, Ma'ruf Amin, dengan mempertahankan penampilan tradisional, menggunakan sarung dan songkok. Namun jangan salah, beliau merupakan ulama yang cukup disegani di kalangan Nahdliyin.