Belajar, tentu saja tidak hanya di kelas. Di meja makan, belajar justru menjadi lebih menyenangkan. Apalagi menyangkut keberagaman. Coba perhatikan isi di meja makan, tentu tidak hanya satu jenis makanan saja. Di atas meja makan tentu menunya beragam dan banyak pilihan. Jika semuanya menjadi satu-kesatuan, maka bisa mengenyangkan siapa saja, dan memberikan berkah tak terhingga.
Itu pula yang terjadi pada bangsa ini. Isinya beragam dan macam-macam. Namun mestinya, semua menyadari bahwa keberadaannya untuk satu tujuan nasional, yakni memajukan Indonesia. Belajar dari meja makan ini pula yang dilakukan peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) 57 Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI.
Seperti Rabu (4/4) malam, peserta PPRA 57 yang tergabung dalam kelompok G, sengaja diskusi sambil makan malam di salah satu rumah makan di kawasan Jalan Johar Jakarta. Kelompok yang diketuai Kolonel Gathut Setyo Utomo dengan sekretaris Min Usihen ini sengaja menyatukan visi misi kelompoknya secara serius namun tetap santai.
"Ini sekaligus persiapan menjelang diskusi antarkelompok. Sehingga nanti saat menyampaikan pendapat, sudah ada kesepakatan yang jelas," sebut Gathut. Kelompok G yang berjumlah 11 orang ini, satu orang di antaranya berasal dari Nigeria. Karena itulah, sengaja dipilih lokasi rumah makan dengan menu khas asal Makassar, agar peserta dari mancanegara ini semakin mengenal kuliner khas Indonesia.
Maka jangan heran, dalam waktu singkat menu kapurung, sup ikan, udang telur asin, ikan bakar dengan pelengkap beberapa sambal andalan, langsung ludes. "Ini sekaligus melepas rindu kampung halaman," sebut Kolonel M Lutfie Beta, salah satu anggota kelompok G berdarah Makassar ini. Setelahnya, diskusi pun berlangsung 'gayeng' dan menghasilkan ide-ide mumpuni.
Sebagai informasi, peserta PPRA 57 kali ini berjumlah 100 orang terdiri dari unsur TNI 38 orang, polisi 20 orang, aparatur sipil negara 20 orang, serta dari negara sahabat ada 7 orang. Sisanya dari unsur organisasi masyarakat dan partai politik sebanyak 15 orang.
Tak hanya mengikuti kegiatan di kelas, peserta juga diberikan tugas membuat seminar, diskusi, hingga membuat karya tulis. Semua dilakukan secara perorangan maupun per kelompok. Nah, untuk menyatukan kelompok inilah, beberapa peserta memilih jalur diplomasi di meja makan. Perut kenyang, tujuan kelompok pun bisa diwujudkan.
Bagaimana menurut Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H