MASJID AGUNG PELITA - Saat ini, istilah pelakor alias perebut laki orang sangat viral dan menjadi trending topic di jagat maya. Di lini masa media sosial, tak sedikit pasangan yang membeber aksi para pelakor disertai dengan bukti-bukti konkret termasuk salinan percakapan yang terjadi.
"Kenapa banyak terjadi persoalan keretakan rumah tangga seperti ini? Ini tentu menimbulkan keprihatinan. Padahal, Islam sudah mengajarkan bagaimana membina sebuah rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah," sebut Ustaz DR H Bambang Siswanto MHI, pada pengajian usai salat subuh berjamaah di Masjid Agung Pelita Samarinda, Rabu (6/9/2017).
Banyaknya kasus keretakan rumah tangga ini juga dibuktikan dengan data kasus perceraian di Kaltim hingga November 2016 lalu mencapai 8.000 kasus. Menariknya hampir 70 persen merupakan cerai gugat alias cerai yang diajukan pihak istri.
"Kenapa sampai terjadi seperti ini? Momentum bulan Dzulhijjah ini sebaiknya dijadikan renungan untuk meningkatkan hubungan rumah tangga agar semakin harmonis," sebutnya.
Dikatakan, dalam Alquran sudah banyak tuntunan bagaimana membentuk harmoni sebuah rumah tangga. Ada banyak keluarga nabi yang bisa ditiru, seperti Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim.
Bertepatan dengan Dzulhijjah, menurutnya, tidak ada salahnya untuk meneladani kehidupan Nabi Ibrahim, bapaknya para nabi-nabi. Bahkan di dalam Alquran, nama Ibrahim disebut sebanyak 69 kali. "Bahkan di setiap salat, nama beliau pasti disebutkan," katanya.
Disampaikan, Ibrahim berhasil melahirkan generasi hebat. Di antaranya memiliki anak Nabi Ismail hingga menurunkan keturunan berikutnya Rasulullah Muhammad. Berikutnya Nabi Ishaq juga menurunkan Nabi Yakub.
"Bisakah umat muslim meneladani beliau? Pasti bisa," katanya.
Lalu bagaimana caranya untuk meneladani Nabi Ibrahim? "Cintai keluarga dengan bingkai utama cinta kepada Allah," sebutnya. Maka, jika ingin keluarga selalu harmonis, harus selalu melaksanakan perintah Allah.
"Selama sebuah keluarga selalu melaksanakan perintah Allah, tidak mungkin menyebabkan keluarga itu hancur," katanya.
Ia kemudian mengisahkan Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim yang ditinggalkan sendirian di tengah padang pasir tandus dengan anaknya Ismail. Berulang-ulang Siti Hajar bertanya pada suaminya, tidak salahkah meninggalkan dirinya dan anaknya di tengah padang pasir? Namun, karena ditegaskan oleh Nabi Ibrahim bahwa ini perintah Allah, maka Siti Hajar pun sangat yakin tidak akan disia-siakan oleh Allah.