Lihat ke Halaman Asli

Endro S Efendi

TERVERIFIKASI

Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

“Roselina Tjiptadinata? Maaf Saya Tidak Kenal”

Diperbarui: 3 Juli 2016   18:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: Kompasiana

Sembari menantikan waktu berbuka puasa, seperti biasa saya berselancar di dunia maya. Sembari melakukan upload berita yang menjadi tanggung jawab saya di portal berita Kalimantan, prokal.co, tak lupa saya juga membuka Kompasiana.

Sedang asyik mengais-ngais artikel yang bertebaran di Kompasiana ini, mata saya tiba-tiba terkunci pada artikel Lomba Nulis Roselina Tjiptadinata. Sebagai pendatang baru di Kompasiana, baru 5 bulan lebih, tentu saya belum banyak tahu belantara Kompasiana. Bagi saya yang berasal dari Samarinda – Kaltim, mendengar nama Roselina Tjiptadinata jelas terasa asing. Siapakah dia? Apa aktivitasnya sampai diadakan lomba menulis tentang orang ini? Dan masih banyak lagi ribuan pertanyaan yang menggelayut di pikiran, tentang wanita ini.

Bijak mengatakan, tak kenal maka tak sayang. Jari ini langsung coba menelusuri info tentang nama ini. Nyatanya, informasi yang ada di Kompasiana sangat terbatas. Di profil beliau hanya tertulis, ikip Padang, lahir di Solok Sumatera Barat. Satu lagi, data yang muncul adalah bergabung sebagai Kompasianer sejak 12 Januari 2013. Sedikit terbalik dengan tanggal saya bergabung dengan Kompasiana yakni 21 Januari, tapi 2016, tiga tahun berselang. Tambahan data lainnya adalah, wanita ini sudah merayakan 50 tahun pernikahannya dengan suami tercinta Tjiptadinata Effendi. Lagi-lagi, nama belakangnya hampir mirip pula dengan nama belakang saya, he he he.

Saya kemudian ingat dengan prinsip lama, mengenal seseorang salah satunya bisa dilakukan melalui tulisannya. Segera saya obrak-abrik ratusan artikel yang sudah ditulis oleh bu Roselina ini. Maka, melalui berbagai tulisan tersebut, saya bisa memberikan penilaian, beliau adalah sosok wanita yang bersahaja. Kok bisa? Kalau tidak, sulit bisa mempertahankan usia pernikahan hingga 50 tahun. Bandingkan dengan para selebritas yang hidup penuh kemewahan, rentang pernikahannya terkadang lebih lama dibanding umur jagung.  

Ratusan artikel itu sangat inspiratif. Saya membayangkan bu Roselina menuliskan seluruh artikel itu di sela-sela waktu senggangnya melalui tablet atau smartphone miliknya. Ini hanya sebatas dugaan, sebab ada sedikit tulisan yang penempatan tanda bacanya kurang pas, yakni terpaut oleh spasi. Namun, ditabraknya kaidah penulisan itu, sama sekali tak berpengaruh pada kualitas penyampaian gagasan yang kini memenuhi laman Kompasiana.

Betapa beruntungnya pak Tjiptadinata Effendi memiliki pendamping seperti bu Roselina ini. Dari semua artikel yang dibuat, tergambar nyata bahwa bu Roselina adalah sosok yang sangat cermat dan teliti dalam mengurus rumah tangganya. Beliau juga mau belajar kapan pun di mana pun. Baginya, setiap detik kehidupan, setiap jengkal perjalanannya adalah pelajaran yang meningkatkan kualitas hidupnya.

Dari mulai urusan yang ringan seperti menu makanan, Roselina juga mengupas tuntas bagaimana problematika rumah tangga yang dialami masyarakat kebanyakan. Pun urusan mengurus anak juga tak pernah luput dari perhatiannya.

Satu artikel yang cukup menarik nurani saya adalah tulisan mengenai bagaimana sikap seorang istri ketika suami merantau. Dalam tulisan itu, tergambar contoh kasus istri yang sempat mengajak pemuda, atau laki-laki lain, untuk makan bersama anak-anaknya. Meski si istri ini tidak melakukan apa pun dengan pria tersebut, nyatanya suami yang pulang lebih cepat, sudah terlanjur marah dan sakit hati. Prinsipnya jelas dan tegas, mengizinkan pria lain masuk ke dalam rumah ketika suami tidak ada adalah hal yang tidak patut dilakukan. Bagi saya, pelajaran hidup seperti yang dituturkan begitu gamblang oleh bu Roselina ini akan menjadi hikmah bagi siapa saja.

Begitu pula pelajaran penting bagaimana ketika istri menghadapi suami yang tidak lagi berpenghasilan. Bu Roselina juga mengupas ini cukup lugas, sehingga mampu dijadikan teladan bagi pasangan lainnya. Artikel lain adalah bagaimana bu Roselina mengajak para suami agar ikut terlibat aktif dalam proses membina rumah tangga. Ibarat kapal, tentu sang kapten kapal membutuhkan bantuan anak buah kapal (ABK) lainnya, begitu pun sebuah biduk rumah tangga. Pikiran saya langsung memunculkan gambar bagaimana pak Tjiptadinata dengan penuh kehangatan, ikut terlibat dalam setiap proses mengatur urusan rumah tangga.

Maka tak berlebihan jika saya menarik kesimpulan, betapa hidup bu Roselina ini selalu berada dalam suasana penuh kebahagiaan. Bukankah bahagia itu yang membuat umur lebih panjang? Adalah sebuah usia yang luar biasa, karena wanita ini akan membukukan angka 73 tahun pada 18 Juli 2016 nanti.

Sebagai pasangan yang lebih muda, saya tentu banyak mengambil hikmah dan pelajaran dari semua artikel yang ditulis oleh beliau. Bagi saya pribadi, meski saya tidak mengenal langsung sosok wanita ini, namun artikel itu sudah mewakili kehadirannya dalam setiap kehidupan sehari-hari. Satu hal lagi, malu rasanya mereka yang usianya lebih muda, termasuk saya, jika tidak rajin menulis. Sebab nyatanya bu Roselina masih aktif menulis hingga saat ini.

Bukankah goresan pena lebih mampu mengubah dunia ketimbang ayunan pedang? Demikianlah kenyataannya. (*)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline