Lihat ke Halaman Asli

Endro S Efendi

TERVERIFIKASI

Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Sukses Tak Cukup dengan Teriak-teriak

Diperbarui: 8 Maret 2016   22:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Beberapa pemimpin daerah, termasuk para calon pemimpin daerah, tak jarang menggunakan teriakan yel-yel untuk membakar semangat, sekaligus menunjukkan ketokohan dari pemimpin atau calon pemimpin tersebut. Dahulu, saya termasuk yang juga sangat senang dan semangat menanggapi teriakan yel-yel ini. Untuk menghangatkan dan menyemarakkan suasana, jelas teriakan yel-yel sangatlah efektif.

Tak sedikit motivator yang juga dikenal memiliki yel-yel tertentu. Sahabat yang sering mengikuti seminar motivasi, mungkin sudah kenyang dengan beragam yel-yel yang diteriakkan para pembicara yang mengisi acara.

Yel-yel jelas sangat menarik untuk hiburan. Tengok saja acara hiburan di televisi, hampir semua menggunakan yel-yel untuk memeriahkan suasana. Tentu garing rasanya jika tidak ada penyemarak atau pemandu sorak bayaran di tepi panggung. Tentu tidak lucu rasanya, sebuah acara hiburan namun dikemas dengan hening tanpa teriakan antusias dari penonton.

Lantas pertanyaannya, efektifkah yel-yel itu mencapai goal yang diinginkan? Saya berani katakan, tidak efektif! Kenapa? Karena saya pernah merasakan sendiri. Suatu ketika, saya pernah mengikuti sebuah workshop motivasi. Selama acara itu, ada yel-yel yang wajib diucapkan peserta. Setiap kali motivator atau mentor bertanya, “apa kabar?” wajib dijawab dengan “SUKSE…..S!!!” Cara menjawabnya pun harus sambil berteriak, dengan tangan dikepalkan di udara. Tak hanya itu, bahkan harus melompat hingga berdiri di atas bangku.

Untuk meramaikan suasana, jelas yel-yel ini membuat arena workshop terasa sangat hidup dan terkesan luar biasa. Namun, selesai acara itu, masing-masing peserta pulang dengan tanda tanya besar. “Benarkah saya akan sukses?” Begitu pertanyaan ini muncul, hal tersebut menjadi salah satu indikasi bahwa ada hambatan yang belum dibereskan. Tak hanya satu atau dua peserta. Hampir sebagian besar peserta seminar merasa bahwa apa yang diikutinya tak lebih hanya sebatas hiburan.

Kegiatan itu jelas mampu mengusir penat dan otak kembali fresh. Namun soal hambatan dalam diri, belum sepenuhnya teratasi. Selain itu ada bonus tambahan, suara habis karena keseringan berteriak.

Sahabat, untuk menyelesaikan hambatan yang ada di dalam diri seseorang, perlu teknik tepat dan terukur. Kenapa? Karena hambatan berada di pikiran bawah sadar. Karena itu, untuk membereskan tak cukup hanya dengan teriak-teriak. Bagaimana menurut Anda?

Simak artikel lainnya di: www.endrosefendi.com 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline