Lihat ke Halaman Asli

Endro S Efendi

TERVERIFIKASI

Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Tak Mau Makan Nasi Sejak Usia 2 Tahun

Diperbarui: 2 Februari 2016   22:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Radit, mau makan nasi setelah sebelumnya selama 6 tahun enggan menyentuhnya..."][/caption]

 

Bocah usia 8 tahun ini namanya M Raditya. Menurut ibunya, sejak usia 2 tahun, tidak mau makan nasi. Akibatnya, kedua orang tuanya pun was-was. Khawatir terjadi apa-apa pada anaknya, terutama dari sisi kesehatannya.

Dari Tanjung Redeb, Kabupaten Berau, kedua orang tuanya pun sengaja membawa anak ini ke tempat praktik saya, untuk menjalani sesi hipnoterapi. Tujuannya supaya anak pertama dari tiga bersaudara ini mau makan nasi.

Tak sulit untuk mengajak bicara bocah ini. Radit, begitu biasa disapa, tergolong anak yang cerdas dan pemberani. Terbukti, tanpa diantar kedua orang tuanya, dia berani masuk ke ruang terapi. Mendengar namanya, tentu langsung teringat dengan sosok penulis sekaligus komika terkenal, Raditya Dika.

Ternyata, bocah ini memang suka dengan sosok yang sering muncul dengan filmnya Malam Minggu Miko. “Ya om, saya suka nonton filmnya,” ujar Radit kecil ini. Tak hanya itu, menurut penuturan ayahnya, Radit juga suka membaca karya Raditya Dika, di antaranya Kambing Jantan.

Saking ngefansnya dengan Raditya Dika, Radit pun ikut-ikutan mencoba menulis. Sudah punya banyak file tulisan di komputer yang ada di rumah. Sayang Radit enggan menyebutkan apa saja yang sudah ditulisnya. Dia hanya melemparkan senyum manisnya ketika ditanya soal itu.

Di ruang terapi, Radit mengaku tidak suka makan nasi sejak kecil. “Suka muntah om. Mual kalau makan nasi. Ngga enak,” begitu jawabannya ketika ditanya alasan enggan makan nasi. Akibatnya, konsumsi karbohidrat didapatkan bocah ini dari roti dan sejenisnya. Yang penting bukan nasi.

Tanpa negosiasi yang alot, Radit dengan mudah bersedia dibimbing untuk mau makan nasi. Bocah ini bersedia dibimbing untuk makan nasi karena kelak ingin sekali menjadi dokter.

“Kalau mau jadi dokter, harus pinter dan rajin belajar. Supaya bisa belajar, harus selalu sehat. Supaya sehat, harus makan. Makannya, makan nasi,” begitu kesimpulan yang diambil sendiri oleh Radit saat proses negosiasi.

Dengan mudah, Radit dibimbing untuk mengalami relaksasi yang dalam dan menyenangkan. Setelah bocah ini berada di kedalaman pikiran bawah sadar level profound somnambulism, proses terapi pun dilakukan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline