Berita - berita di media ramai memberitakan tentang " lengsernya " salah seorang pangeran sepakbola, Raul Gonzales Blanco. Ternyata, dia tidaklah mengakhiri kariernya di istananya, Santiago Bernabeu. Dia, sang mantan pangeran putih itu, memutuskan untuk pindah, ke tepian lembah sungai Ruhr, Jerman sana. Dia memutuskan untuk berkelana setelah memperoleh hampir segalanya di istananya yang lama, untuk menjadi " rakyat biasa ", di lembah sungai Ruhr tersebut.Nomornya masih tetap 7, tapi kini warna kostum itu berbeda.
Rakyat biasa? Ya, banyak yang berkata demikian. Jelas, Raul tidak akan mendapat fasilitas sehebat saat dia di Madrid. Lagipula, secara prestise, tim dia sekarang jelas kalah mentereng dari timnya yang terdahulu, yang sampai - sampai disebut Los Galacticos. Dia bukan lagi penguasa di kamar ganti. Usia, dan pergantian rezim telah membuat dia pindah, meninggalkan Santiago Bernabeu.
Akankah dia sukses di tim terbarunya? Hmm, jelas itu adalah pertanyaan yang lebih cocok untuk ditanyakan kepada sang waktu. Saya bukanlah seorang cenayang, lagipula sepak bola bukanlah matematika. Tidak tahu apa yang bakal terjadi. Namun, kita lihat Arjen Robben dan Wesley Sneijder. Kedua meneer ini terdepak dari istana yang sama akan halnya Raul. Namun, kita lihat prestasi mereka musim lalu. Sneijder sukses meraih treble di Inter, sedangkan Robben, dia berhasil menjadi lawan Sneijder di final. Apakah hal seperti itu bakal terjadi dengan Raul? Atau apakah ini adalah akhir dari kejayaan Raul, dengan lengesernya dia dari istananya?
Dari beberapa berita yang didapat, pelatih Madrid yang baru, Jose Mourinho, masih menginginkan Raul untuk bertahan. Namun Raul sadar, kansnya untuk bermain sangatlah sedikit, karena banyak pemain berusia lebih muda dari dia. Namun, kecintaannya akan bermain sepakbola lah yang membuat dia memilih pindah. Dan, Schalke 04 adalah tujuannya.
Saya bukanlah fans Madrid, namun saya mengagumi Raul Gonzales lebih dari pemain sepak bola manapun di muka bumi ini. Dia adalah inspirasi bagi saya. Dia lebih mementingkan kepentingan tim, walaupun pada akhirnya, dia memutuskan pindah karena ingin menikmati permainan yang dia cintai, permainan di mana dia meraih kejayaan, yaitu sepak bola. Dia bukanlah seorang yang anti kritik. Dia menjawab kritik dengan cara yang paling dia hafal, yaitu membuat gol. Kebesaran hatinya lah yang menurut saya layak untuk dijadikan inspirasi. Dia adalah pemenang dengan hati yang besar, bukan seorang pura - pura pemenang dengan hati yang kecil, yang hanya bisa menyalahkan orang lain, dan tidak suka dikritik.
Kembali ke pertanyaan awal, apakah dia akan sukses di Schalke? Ya, mungkin usianya sudah melewati masa - masa keemasan, namun, dia adalah seorang Raul Gonzales Blanco, seorang yang berbakat dan cerdas, dan saya yakin, selama dia menikmati sepak bola dan mendapat kepercayaan dari Felix Magath, pelatih Scalhke 04, saya yakin, bahwa Raul pun akan menjelma menjadi seorang pangeran lagi, menjadi sang pangeran biru. Semua bisa terjadi.
Saya berharap, dia akan sering mencium jari manisnya di musim ini, dan membawa koenigsblauen mencapai prestasi yang baik.
Vamos, Raul!! Fielsglueck!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H