Lihat ke Halaman Asli

Cahaya Islam di Bumi Eropa

Diperbarui: 3 Juni 2021   11:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

islam

               

Awan gelap masih terlihat di belahan bumi ini. Virus corona yang dulu dianggap remeh, kini menjelma bagaikan awan-awan gelap yang menghiasi langit-langit bumi. Semua manusia seakan takut akan kegelapan itu. Mereka seakan membutuhkan sebuah cahaya agar jalan hidup yang akan dilalui terlihat jelas.

Korban-korban berjatuhan, vaksin belum ditemukan, ekonomi kian tak terkendalikan, bahkan sampai menimbulkan kemiskinan. Inilah yang dihadapi oleh semua bangsa. Mereka hampir memiliki problem yang sama. Tak terkeculi negeri-negeri muslim.

Namun, di sisi lain, ada cahaya rembulan bagi umat Islam yang muncul dari negara Turki, yaitu dibukanya kembali Hagia Sophia sebagai masjid. Bukan lagi sebagai museum sebagaimana kaum-kaum sekuler menjajahanya.

Menurut Wikipedia, Hagia Sophia adalah sebuah tempat ibadah di Istambul, Republik Turki. Dari masa pembangunannya pada tahun 537 M sampai 1453 M, bangunan ini merupakan Katedral Ortodoks dan tempat kedudukan Patriark Ekumenis Konstantinopel, kecuali pada tahun 1204 sampai 1261, ketika tempat ini diubah oleh Pasukan Salib keempat menjadi Katedral Katolik Roma di bawah Kekuasaan Latin Konstantinopel.

Bangunan ini mulai menjadi masjid sejak 29 Mei 1453 sampai 1931 pada masa kekuasaan Kesultanan Utsmani. Kemudian bangunan ini disekulerkan dan dibuka sebagai museum pada 1 Febuari 1935 oleh Republik Turki. Dan kini, tepatnya 10 Juli 2020 setelah pengadilan Turki memutuskan bahwa konversi Hagia Sophia pada tahun 1934 menjadi museum adalah illegal. Dan kini dibuka kembali menjadi tempat kebanggaan umat Islam, yaitu masjid.

Sontak, ini menjadi suatu kegembiraan bagi umat Islam di Turki. Bahkan tak hanya itu, semua umat Islam di belahan bumi ini pun turut mengapresiasi atas tindakan presiden Turki untuk kembali membuka Hagia Shopia menjadi masjid. Hal ini bukannya tindakan gegabah semata. Karena bila salah dalam melangkah dan mengambil keputusan, bahkan kaum sekuler akan bisa membalikan keadaan dengan secepatnya.

Penaklukan wilayah Turki bukanlah tanpa perjuangan yang mudah. Jutaan nyawa, tetesan darah syuhada, menjadi saksi betapa gigihnya tentara muslim untuk menaklukan negeri Heraklius ini. 

Dalam sebuah Hadits dikisahkan bahwa sahabat Abdullah bin Amru bin Al-Ash berkata, "Ketika kami duduk di sekeliling Rasulullah SAW untuk menulis, tiba-tiba Nabi ditanya tentang kota manakah yang akan dikuasai terlebih dahulu oleh umat Islam: Konstantinopel atau Roma. Rasulullah SAW menjawab, "Kota Heraklius lebih dahulu dikuasai." (HR Ahmad)

Saat itu, Heraklius adalah raja Romawi Timur atau Byzantium yang beribukotakan Konstantinopel. Kemudian Rasulullah berkata lebih lanjut, "Kalian pasti akan membebaskan Konstantinopel, sebaik-baiknya pemimpin yang akan menguasai Konstantinopel adalah penakluknya dan sebaik-baiknya pasukan yang mengalahkan Konstantinopel adalah pasukannya." (HR. Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim)

Waktu yang dibutuhkan oleh umat Islam untuk menaklukan bumi Turki sangat lama. Butuh berpuluh-puluh tahun untuk membuktikan pernyataan Rasul di atas. Di tahun 6 H, Rasulullah pernah mengirim sebuah surat kepada Heraklius yang isinya adalah ajakan untuk masuk Islam. Tapi, beliau menolaknya. Namun, saat ini, di dalam benaknya ada firasat, bahwa kelak Islam akan bisa menduduki bumi yang dipijaknya saat ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline