Lihat ke Halaman Asli

‘Red Tide’ Ancam Pengusaha Keramba di Lampung, Rugi 5 Miliar

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Red Tide’ Rugikan Petani Hingga 5 Miliar

BANDARLAMPUNG- Perairan di sepanjang teluk Lampung, saat ini kian mengkhawatirkan. Para petani atau pemilik keramba jaring apung kian panik. Fenomenared tidetidak kunjung berhenti,ribuan ikan yang dibudidayakan dan kebanyakan diekspor itu, tiap hari mati. Para pemilik kerambak itu mengaku merugi hingga Rp. 5 Miliar.

Kecemasan itu mengemuka ketika Forum Komunikasi Kerapu Lampung Ali Hadar, kemarin menyatakan, perairan teluk Lampung mulai berwarna kecoklatan.

"Hari ini, perairan Ringgung kembali pekat berwarna kecoklatan. Daerah lain di Mutun dan Hanura, Padang Cermin dan Punduh Pidada juga begitu. Kami tidak tahu harus berbuat apa, ribuan ikan tiap hari mati," keluhnya.

Menurut dia, dalam sepekan terakhir, ribuan ikan telah mati menyusul fenomena memerah dan mencoklatnya perairandi teluk Lampung.

"Kerugian sudah Rp 5 miliar," ujar dia.

Yang disesalkannya, lanjutnya, pihak Dinas Kelautan dan Perikanan hingga kini belum mengeluarkan kebijakan ataupun imbauan kepada para pembudidaya ikan di keramba terkait fenomena ini. "Setiap hari ikan- ikan kami mati, tapi tak ada perhatian dari dinas instansi tekrait," kata dia pasrah.

Sementara, masyarakat diimbau untuk berhati-hati mengonsumsi ikan dan kerang-kerangan, khususnya yang tercemar pythoplankton penyebab pasang merah.

Hal itu dikatakan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Provinsi Lampung, Zainal Nurman kepada Editor, kemarin.

Menurutnya, ikan-ikan yang terkena pythoplankton C.polykrikoidestidak boleh dikonsumsi pada bagian kepalanya.

"Toksin plankton ini biasanya menempel di insangnya. Karena itu, sebaiknya kepala ikan jangan ikut dimakan," tuturnya.

Ikan yang mati akibat plankton ditandai dengan insang dipenuhi lender seperti jeli.

Sementara Debi, Penyelia Laboratorium Kualitas AirBalai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BPPL) Lampung, mengatakan, planktonC.polykrikoidesmengandung toksin paralitik (PSP), neurotoksik (NSP), hemolitik, dan hemagglutinating. Toksin-toksin tersebut efektif terakumulasi secara terus-menerus dalam daging biota filter feeder ( kerang-kerangan) yang ada di lokasiblooming.

"Daging kerang yang mengandung toksin, apabila dikonsumsi akan menyebabkan kepala pusing, nyeri persendian, kram pada bibir dan lidah, kejang dan tingkat keracunan yang lebih serius," paparnya. (*)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline