Lihat ke Halaman Asli

Citatih yang Tak Mampu Membuat Kami Tertatih

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1418014512321156245

Rafting. Aku belum pernah sekalipun mengikuti kegiatan ini, bila disuruh memillih, aku akan lebih memilih mengisi weekend ku tidur malas-malasan di kos. Tapi karena urusan gengsi, sebel dibilang penakut, plus acara ini juga semi acara perpisahan dengan salah satu teman yang akan mengundurkan diri dari kantor jadi yah dengan rada terpaksa aku ikut. Sebenarnya aku juga sudah berencana untuk menikmati semua fasilitas (makan dan pijat relaksasi) tanpa ikut rafting hehehe. Bayanganku nanti aku bisa foto-foto di pinggir kali sambil jaga tas. Untung engga jadi, soalnya start ama finishnya beda yah, dan berjarak 9 km.
Jumat (5 Desember) tuh rasanya beban banget mikirin hari esok, hari Sabtu dimana kami akan mengadakan rafting. Selain stres karena mau rafting juga stres mikirin bagaimana bangun pagi di kala weekend, di saat Jakarta lagi sejuk dan sehabis hujan. Beraaat banget. Mana janjiannya jam 5 pagi lagi. Haduh haduuuh. Untuk menjaga agar aku engga kesiangan aku udah merencanakan untuk tidak tidur, tapi ternyata rasanya ngantuk banget. Ya sudah kayanya emang butuh tidur, jadi biar aku engga nyenyak-nyenyak banget, lampu kamar aku nyalakan dan tidur sekasur ama Puspa dan Tora (kucing-kucing kos), setidaknya dua hal tersebut akan membuatku terganggu tidurnya. Oya ditambah alarm aku letakkan di sebelah bantal.
Yups, jam 4 alarm berbunyi keras di sebelah kupingku, buka mata langsung benerang dan alhamdulillah langsung inget kalau mau pergi ke Sukabumi. Tiba-tiba semangat membucah, entahlah dapat enerji dari mana, langsung ke kamar mandi dan mandi. Selesai berpakaian untuk mengisi waktu nunggu teman jemput, aku sempetin bikin kopi. Eh, belum juga minum, whatsapp bunyi, temenku udah di depan kos. Akhirnya aku minum kopi secangkir berdua ama temenku di depan kos, sayang kalau engga diminum, hehehe. Dan di bawah matahari Jakarta yang belum sepenuhnya terang, aku bonceng Anih, dan pak Donni, pergi ke stasiun Manggarai, tempat aku dan teman-teman dari Bekasi berkumpul untuk naik kereta menuju Bogor. Motor diparkir di stasiun tentunya.
Dari Manggarai menuju Bogor kami membutuhkan 1 jam. Dari Stasiun Bogor naik angkot 03 menuju Baranang Siang. Sebenarnya bisa aja ditempuh dengan jalan kaki, tapi Riris bilang jangan jalan kaki karena bakal ngabisin duit buat jajan. wakakakka.
Sampai di Baranang Siang kami mencari bis kecil bernama MGI yang akan membawa kami ke Sukabumi. Bisnya berwarna biru, full Ac, lumayan baguslah. Aku memilih duduk di belakang aa' sopir bersebelahan dengan Anih, yups, bangku depan adalah bangku paling nyaman untuk pemabok macam aku ini. Lumayan, perjalanan hampir 3 jam dihibur dengan lagu-lagu lawas semacam Dewa 19, bisa sambil nyanyi-nyanyi dengan nadaku yang datar ini. hehehe... Sopirnya sepertinya seangkatanku, seleranya sama ;p
Sewaktu dekat dengan Sukabumi aku mulai rada panik, karena ketua tim kami, si Riris malah nyenyak tidur. Aku minta tolong ke Nurul untuk mengambil peta yang ada di tangan Riris, aku lihat, hmm, kami mesti turun di Warung Kiara. Aku pun minta tolong ke aa' sopir, kalau sudah sampai Warung Kiara untuk menurunkan kami.
Sampailah kami di suatu tempat, aa' sopir bilang ini sudah sampai di Warung Kiara. Akupun meminta rombonganku yang berjumlah 6 orang itu untuk turun. Rada bingung juga sih, mana warungnya yah, kok kaya hutan begini. Tiba-tiba penumpang wanita yang duduk di sebelah pak Donni memberitahu langsung ke sopir untuk menurunkan kami di Cherokee bukan di situ. Karena Cherokee itu memang EO tempat kami mendaftarkan diri jadi kami setuju saja untuk diturunkan di sana. Ternyata Warung Kiara itu bukan nama tempat makan, tapi nama kecamatan, jadi ya memang benar kami harus turun di Campnya Cherokee yang terletak di kecamatan Warung Kiara hahaha.
Di Campnya Cherokee kami bergabung dengan rombongan lain, mayoritas dari bank Mandiri. Lumayan penuh juga. Oya di sini kita mesti aktif sendiri yah, karena tim dari Cherokee tidak ada yang mengarahkan kita mesti ngapain, jadi kami yang mesti aktif nanya, termasuk mau makan yah udah langsung ambil saja sendiri. Di sini rada bosen saat menunggu jadwal pemberangkatan ke sungai Citatih. Sempat main di halaman belakang buat foto-foto tapi engga mau lama-lama, nyamuknya banyak.
Hingga tibalah kami untuk menuju Citatih dengan menggunakan angkot sewaan. Jalannya lumayan "keren", kata sopir angkot kami sedang menjalankan rafting darat.
Sampai di tempat start, ada briefing dari Cherokee mengenai aba-aba mendayung dan bagaimana bila ada yang tercebur ke sungai. Perlengkapan juga sudah mulai dipakai di situ, helm, pelampung dan dayung.
Deg deg deg, debar jantung mulai menguat tapi keinginan untuk segera naik perahu karet juga mencuat. Tibalah kami untuk dipersilahkan naik perahu dengan River Guide bernama Sanusi. Aku memilih duduk di belakang dekat Sanusi, maksudku biar aman kalau ada apa-apa hihihi. Sebelahku Anih, dan di depanku Nurul, Nurul ini yang paling tegang diantara kami. Disuruh duduk di posisi yang benar, sebelah kiri perahu susah bener, maunya ke tengah melulu.
Ternyata duduk di dekat Guide adalah pilihan yang salah, belum juga hilang tegangnnya, tau-tau dia udah iseng mengguyurku, basaaaah. Belum hilang kagetnya dia juga menarik badanku agar nyemplung ke sungai. Untung dia coba ngagetin aja, engga nyemplungin beneran.
Ini guide emang rada usil, sebagai komando dia malah sempat pindah ke perahu orang meninggalkan kami yang terkatung-katung, untung aja ada pak Donni sebagai satu-satunya orang yang pernah rafting di rombongan kami. Jadi beliau langsung ambil alih komando, dan Sanusipun kecewa hihihi.
10 menit berlayar, ketakutanku hilang, berganti dengan rasa asyik, aku benar-benar menikmati gelombang yang mengayunkan dan kadang menghentakkan kami. Menikmati air coklat Citatih yang mengguyur badan. Semuanya menyenangkan dan membuat tertawa.
Oya, selama arung jeram, mesti selalu waspada yah, karena kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi di depan kita. Contohnya aku, pas liat arus rada tenang, sok sok an menikmati pemandangan yang indah dibelakang kami, hasilnya aku hampir aja terjatuh dan terpaksa minum air coklat yang muncrat ke mukaku karena tau-tau terkena gelombang dan posisiku tidak dalam keadaan waspada. Sudah, lihat ke depan sajalah dan bersiap memegang tali bila ombak terlihat ribet.
Di beberapa tempat kami sempat berhenti sejenak, Sanusi mempersilakan siapa yang mau untuk nyemplung ke sungai buat berenang. Anih, Pak Donni dan Adi pun nyemplung. Aku, Riris, dan Nurul memilih untuk tetap berada di perahu dan melihat ketiga teman kami yang mengapung di air coklat itu hehhee... Dan ternyata mereka kesusahan saat harus kembali naik ke perahu, jadi geli lihatnya. Kata mereka, sewaktu di air, bisa dan tidak bisa berenang sama aja, karena sama-sama susah mengendalikan badan untuk renang, kebawa arus soalnya.
Di tengah pelayaran ternyata ada waktu untuk istirahat, mendarat sebentar sambil makan bacang. Dis itu aku sempat bermain-main di air sungai, tapi mesti hati-hati yah, karena bawahnya engga kelihatan dan bisa tau-tau dalam. Airnya sih sebenarnya dinginnya segar loh, mungkin kalau warnanya bening dan tidak ada biawak di situ aku udah bakal nyemplung juga.
Kira-kira 20 menit kamipun dipersilakan naik ke perahu, Adi pindah posisi di sebelahku dan Anih pindah di depan. Belum juga jalan tiba-tiba terdengar bunyi ppppsssssst. Adipun nanya "apa itu mbak?". Akupun coba mencari tahu sumber bunyi, hmmm ternyata kakinya nginjak pentil yang bikin perahu kempes. Hedeuh. Jadinya dipompa dulu perahunya baru melaju lagi.
Dan kamipun meneruskan petualangan kami. Asyik loh, di sungai bisa perang air dengan perahu lain, pakai acara tabrak-tabrakan kaya bom bom car pula. Dan engga ada yang marah, semua fun.
Lagi asyik-asyiknya menikmati rafting, hiks, tiba-tiba udah sampai garis finish, belum rela :(
Tapi apa boleh buat sudah ada angkot yang menjemput kami untuk kembali ke pos Cherokee. Rutenya lebih dahyat, mesin angkot sempat mati karena engga kuat nanjak. Lah, sereman ini daripada raftingnya.
Sampai di pos Cherokee kami mandi, makan dan menikmati pijit. Ingat, mesti aktif sendiri. aku pijit dua kali karena Anih engga mau pijit, ya udah jatahnya aku ambil lagi. enak, enak, enak. Riris mengurus foto dan sertifikat.
Beres semua kami diantar ke kantor Cherokee yang dipinggir jalan, kali ini naik semacam Tuk Tuk kalau di Thailand, nah naik ini aku malah mual, untung engga sampai muntah.
Dari Cherokee kamipun naik Angkot menuju Cibadak, lanjut naik colt menuju Bogor. Naik Kereta lagi dan petualangan kami terpisah di Manggarai. Sedih.
Hmmm, kami pun bertekad untuk menaklukan 13 km dan lanjut ke 22 km. #sombong. Tunggu Kami.

14180146731077976805

14180147221039168914

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline