Lihat ke Halaman Asli

Endri MaulanaYusuf

Guru/Dosen IAIS Yaspida Sukabumi

Teori Pembelajaran Kontruktivisme dan Konektivisme

Diperbarui: 27 Juli 2023   19:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Teori pembelajaran konstruktivisme dan konnektivisme adalah dua pendekatan yang berbeda dalam memahami bagaimana seseorang belajar dan mengembangkan pengetahuan serta keterampilan. Kedua teori ini memiliki pandangan yang unik tentang proses belajar dan bagaimana informasi dipahami dan diolah oleh individu. Berikut adalah penjelasan singkat tentang keduanya:

Konstruktivisme:
Teori pembelajaran konstruktivisme menekankan peran aktif peserta didik dalam membangun pengetahuan dan pemahaman mereka sendiri. Konstruktivisme berpendapat bahwa pembelajaran terjadi melalui interaksi antara informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh individu. Keyakinan ini mendasari gagasan bahwa peserta didik tidak hanya menerima informasi dari guru atau lingkungan, tetapi mereka mengonstruksi pemahaman mereka sendiri tentang dunia berdasarkan pengetahuan sebelumnya.
Beberapa prinsip penting dalam konstruktivisme meliputi:

Pembelajaran berpusat pada peserta didik: Peserta didik aktif dalam memahami informasi dan menghubungkannya dengan pengetahuan yang ada.
Konteks sosial: Pembelajaran dipengaruhi oleh interaksi sosial dan lingkungan.
Pencarian makna: Peserta didik menganalisis dan memberikan makna pada informasi baru berdasarkan pemahaman mereka yang sudah ada.
Konnektivisme:
Konsep konnektivisme diperkenalkan oleh seorang teoritikus pembelajaran bernama George Siemens pada tahun 2004. Teori ini berfokus pada peran teknologi dan perkembangan teknologi informasi dalam pembelajaran. Konnektivisme menekankan pentingnya jaringan dan koneksi antar individu, organisasi, dan teknologi dalam proses pembelajaran.
Beberapa ciri utama konnektivisme meliputi:

Pembelajaran sebagai proses kolaboratif: Koneksi dengan orang lain, sumber daya, dan teknologi memungkinkan pembelajaran yang lebih holistik dan terus-menerus.
Peran teknologi: Internet dan teknologi lainnya membantu mengakses informasi dan berinteraksi dengan orang lain, sehingga mendukung pembelajaran.
Pembelajaran distribusi pengetahuan: Pengetahuan tidak hanya disimpan di kepala individu, tetapi juga tersebar di jaringan yang terhubung.
Perbedaan utama antara konstruktivisme dan konnektivisme adalah dalam fokus mereka. Konstruktivisme lebih menitikberatkan pada bagaimana individu membangun pengetahuan mereka sendiri melalui interaksi dengan lingkungan, sedangkan konnektivisme lebih menekankan pentingnya koneksi dan teknologi dalam mendukung pembelajaran kolaboratif.

Penting untuk diingat bahwa teori-teori pembelajaran ini merupakan pandangan atau kerangka kerja dalam memahami proses pembelajaran. Dalam praktiknya, pendekatan pembelajaran yang efektif seringkali mencakup berbagai elemen dari berbagai teori pembelajaran, sesuai dengan kebutuhan dan konteks belajar peserta didik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline