Kala menjalin sebuah hubungan, akan tiba suatu momen dimana kedua pihak merasa jenuh akan petualangan cinta mereka. Momen tersebut kerap berakhir pahit.
Biasanya satu di antara mereka ada yang memutuskan untuk menyudahi jalinan asmara tersebut. Namun, yang namanya cinta, manusia hanya bisa berencana. Acap kali hubungan yang sudah kandas berhasil menyatu kembali.
Hal tersebut terjadi pada tim yang telah menjuarai Serie A sebanyak 36 kali, Juventus. Nyonya Tua yang seakan kehilangan arah setelah musim 2018/2019, kembali menggaet salah satu manajer terbaiknya, Massimiliano Allegri, untuk mulai melatih di musim 2021/2022.
Dua Tahun yang Juventini Enggan Kenang
Pasca ditinggal oleh salah satu manajer terbaiknya dua tahun yang lalu, Juventus sudah beberapa kali berganti allenatore. Di musim perdananya tanpa Allegri, Juventus langsung ngegas dengan mendatangkan manajer yang baru saja menjuarai UEL bersama Chelsea, Maurizio Sarri.
Tangan dingin Sarri belum cukup membuat para petinggi Juventus puas. Meski berhasil menjuarai Serie A, mereka akhirnya berpisah setelah semusim bersama.
Di musim berikutnya, Juventus menunjuk legenda mereka, Andrea Pirlo, untuk memimpin Cristiano Ronaldo cs. Penunjukkan Pirlo menjadi manajer mereka murni karena ia adalah mantan pemain sekaligus orang yang sudah dikenal di lingkungan Juventus.
Penunjukkan itu tak masuk akal lantaran Pirlo yang masih minim pengalaman. Akibat dari itu, banyak fans yang khawatir akan prestasi Juventus di tangan Pirlo.
Kekhawatiran mereka ternyata benar. Juventus harus terseok-seok di liga domestik dan tersingkir di 16 besar UCL dari FC Porto karena gol tandang. Dari bersaing untuk menjadi kampiun Serie A, turun pangkat untuk bersaing memperebutkan tiket UCL.
Pirlo yang sempat menjadi pelatih Juventus U-23 selama seminggu itu, harus rela kehilangan jabatan manajernya ke pendahulunya, Allegri.
Warna Baru bagi Juventus