Lihat ke Halaman Asli

Ending Nurdea Saputri

Mahasiswa Ilmu Komunikasi / 20107030022

Dari Coba-coba Kerajinan Tangan Eceng Gondok Tanam Rezeki

Diperbarui: 29 Juni 2021   11:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri ( tumbuhan eceng gondok kering)

Sudah satu tahun lebih pandemic covid-19 memasuki penjuru dunia, salah satunya ialah Indonesia. Hal ini pun berdampak besar pada sector perekonomian yang sedikit demi sedikit menurun. Banyak karyawan yang harus kena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dan memilih bertahan hidup dengan melakukan bisnis-bisnis kecil rumahan.

UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) menjadi jembatan yang banyak ditekuni oleh para orang rumahan. Sebagai salah satu pendongkrak perekonomian di Indonesia, UMKM mulai banyak digeluti di Indonesia. Dari sekian banyak orang yang harus kehilangan pekerjaan, tak sedikit dari mereka berusaha bangkit dan bertekad dengan bakat serta modal yang ada untuk memulai bisnis kecil-kecilan.

Salah satunya ialah keluarga Bapak Diyono (54) dan Ibu Maryatin (54) yang bertempat tinggal di dusun Banggan desa Sukoreno kecamatan Sentolo Kabupaten Kulon Progo, DIYogyakarta yang memiliki bisnis rumahan berupa 'Kerajinan Tangan Eceng Gondok'.

Berawal dari coba-coba dengan melihat kerajinan eceng gondok di tempat lain, membuat mereka berinisiatif untuk berlatih dan membuat kerajinan eceng gondok tersebut. Hitung-hitung jika usahanya berhasil bisa menambah kebutuhan keluarga mereka.

Eceng gondok sendiri adalah tumbuhan air mengapung. Sebagai tumbuhan yang dapat merusak ekosistem lingkungan, akhirnya ditemukan cara untuk mengurangi polusi dari tumbuhan eceng gondok. Dimana ia mampu menyerap oksigen yang ada didalam air. Eceng gondok juga memiliki banyak serat yang bagus sehingga bisa digunakan sebagai handcraft atau kerajinan tangan yang unik.

Dengan begitu, eceng gondok bisa menjadi pendongkrak dalam perekonomian usaha keluarga rumahan, seperti keluarga Bapak Diyono dan Ibu Maryatin.

Keluarga Bapak Diyono dan Ibu Maryatin mengawali bisnis rumahan ini sejak tahun 2004 hingga saat ini. Dengan bantuan dari anak-anaknya dan teman dari sang bapak, mereka mampu menghasilkan beberapa macam kerajinan tangan eceng gondok. Terutama oleh anak no 3 dari 7 bersaudara yang bernama Roni Mahendra (26) dan kerap disapa Roni. Disini aku memanggilnya Mas Roni, ia memiliki tangan yang cekatan sehingga terampil dalam menganyam kerajinan tangan eceng gondok.

Pertama kali mencoba membuat kerajinan tangan eceng gondok ini, mereka membeli sebanyak 2 kg eceng gondok untuk percobaan awal. Sempat mengalami kegagalan secara terus menerus.

Tetapi, mereka tidak putus asa untuk terus mencoba membuatnya. Karena namanya baru coba-coba, pasti tidak akan mudah begitu saja, pasti akan ada kegagalan yang meliputinya. Hingga akhirnya mereka berhasil membuat kerajinan tangan tersebut dengan baik dan lebih rapi dari sebelumnya.

"Awal pertama coba gagal, terus buat lagi dan masih gagal, terus coba lagi sampai akhirnya bisa. Ternyata alasan mengapa anyaman dari eceng gondok tidak rata karena nggak dipotong bagian batangnya yang besar-besar itu. Setelah dipotong hasilnya pun jadi bagus, rapi, dan lebih baik. Sehingga hasil akhirnya bisa seperti kerajinan tangan di tempat lain." Ungkap Ibu Maryatin.

Untuk mendapatkan hasil yang baik baru diketahui bahwa sumber masalahnya ada di bagian batangnya. Dengan menghilangkan bagian batangnya memudahkan mereka dalam menganyam eceng gondok untuk dijadikan kerajinan tangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline