Lihat ke Halaman Asli

Hanz Endi Pramana

menulis seakan bagian dari masa lalu. akankan punah?

Kompasiana yang Terlupakan dan Kisah-kisah Lain...

Diperbarui: 28 Oktober 2019   11:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Terakhir saya menayangkan tulisan di laman kompasiana sekitar empat tahun lalu. Tidak ingat persis, apa sebab saya tiba-tiba menjadi non aktif, malas, dan kehilangan gairah meneruskan hobi menulis ini. 

Beberapa waktu yang lalu, saya bersama teman-teman berencana menerbitkan buku. Isinya sederhana saja. Tulisan-tulisan lepas. Yang ringan. Yang kira-kira bisa memicu minat orang untuk kembali peduli pada literasi. Supaya tidak terperangkap oleh budaya instan gara-gara semakin canggihnya teknologi komunikasi beserta hoax yang merajalela. 

Lalu saya menemukan tiga seri tulisan berjudul "Bidan Desa di Tengah Mitos Kampung", bisa dibaca di link ini

Tulisan lama yang saya perbaharui sedikit, sehingga tetap layak dibaca kapanpun. Tak tergerus oleh waktu, karena saya merasa kisah-kisah di dalamnya masih tetap relevan dan ever green untuk dituangkan di dalam buku, melengkapi tulisan bersama kawan-kawan lain. 

Saya coba mengakses laman Kompasiana yang seakan berdebu saking tidak pernah dijenguk. Menyadari email yang saya gunakan untuk login pun jarang sekali dibuka. Syukurlah, masih aktif, bisa diakses. Lalu saya menemukan beberapa jejak masa lalu di kotak masuk dan kotak keluar email. 

Jejak yang tiba-tiba saja membawa saya mengembara pada aktivitas lama yang pernah terjejak di laman ini. Satu di antara tulisan saya pernah dimuat pula di lembar cetak harian Kompas. Dan ada honornya (haha). 

Itu sudah lama, terjadi pada tahun 2012. Judulnya "Malaysia is my Friend", bisa dibaca di link ini 

Rasa gembira karena tulisan itu dimuat di edisi Kompas cetak, saya ungkapkan di bawah judul "Tak Menyangka Nangkring di Edisi Cetak" bisa dibaca di link ini 

Saya juga tiba-tiba teringat rekan kompasianer yang di masa awal saya bergabung dalam flatform digital ini, sempat saling bertegur sapa. Saya baca tulisannya, dan semua menarik. Tentang kehidupan orang-orang di pedalaman, di kawasan hutan. Yang miskin. Yang tertinggal. Yang terlupakan. 

Dan kami saling sapa melalui jalur percakapan. Sayang, jejak-jejak itu tak lagi saya temukan. Percakapan lama telah terhapus, mungkin oleh pembaruan sistem dalam flatform kompasiana. 

Lalu saya teringat Seno. Tokoh yang sejak masa remaja, sudah sangat menginspirasi saya dengan kumpulan cerpennya. Seno Gumira Ajidarma, tokoh yang dulu sangat saya kagumi. Rupanya sempat pula menginspirasi tulisan saya di laman ini. Saya cari dan saya temukan, tulisan saya berjudul "Menulis dalam Bingkai Sentimental Masa Lalu" di link ini  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline