Lihat ke Halaman Asli

Hanz Endi Pramana

menulis seakan bagian dari masa lalu. akankan punah?

Subuh Berdebu

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aroma subuh lamat-lamat mulai merambati ventilasi berdebu
Dan masih saja kudengar lewat hembusan angin,
Kabar-kabar duka seakan tak mau lekang

Tubuh ini memang letih
Entah mengapa kantuk masih ragu menerkam

Di sana, di sana, masih terdengar keluh kesedihan
Ada cemas, juga rasa takut
Ada putus asa, juga seberkas harapan
Tapi lebih banyak rasa yang sesungguhnya tidak berasa

Dan langkah subuh berpadu bijaknya embun mulai membuat debu-debu ventilasi lebur
Hari mulai lagi menjelang
Dengkur perlahan lenyap berganti langkah-langkah tergesa mengejar matahari

Dan
Di sana, teriakan ketakutan masih terus merobek-robek helai angin
Membawanya terbang ke segenap penjuru
Tapi ingar-bingar kehidupan membuatnya tertelan dalam sunyi

Dan, selebihnya memang hanya sunyi!

*Subuh 30 Mei 2011, menjelang kedatangan SBY ke Pontianak. Juga ada cerita tragedi berdarah di Papua sehari sebelumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline