Lihat ke Halaman Asli

Hanz Endi Pramana

menulis seakan bagian dari masa lalu. akankan punah?

Belantara "Sampah" Bernama Internet

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

LAMA sudah tak lagi ikut-ikutan kegiatan yang agak serius seperti seminar. Tapi pada Sabtu 22 Januari 2011 lalu, ada magnet tersendiri bagi saya untuk menghadiri sebuah seminar di Hotel Kapuas Pontianak, Kalimantan Barat.

Daya tarik pertama, karena pembicara yang diundang panitia adalah dua dosen saya di Fisip Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Hitung-hitung reunian singkat hehe.

Kedua, tematiknya cukup menarik, yakni tentang media literacy alias sadar media. Jadi, masyarakat harus diberitahu bahwa apa-apa yang dilontarkan media, jangan ditelan bulat-bulat. Amat sangat mungkin pemberitaan yang disajikan media, sudah begitu bias bahkan menyesatkan.

Dua dosen saya dulu, Lukas S Ispandriarno dan Bonaventura Satya Bharata, tampil dalam seminar nasional “Sadar Media” yang digelar Yayasan Sumangat Nusantara. Seminar yang digagas anggota DPD RI dapil Kalbar Maria Goreti ini juga menampilkan pembicara Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalbar, Alexius Akim. Para peserta berasal dari kalangan dosen, guru, pelajar, dan pengamat sosial.

Kebetulan saya bekerja di media, bisa dikatakan orang media. Nah, ada kalanya "merefresh" diri supaya tidak angkuh dengan realitas pekerjaan bermedia. Di antara tema pembicaraan, membahas tentang realitas internet. Harus kita akui, internet juga bisa menampakkan sisi lainnya berupa "belantara sampah" yang harus disikapi dengan amat bijak oleh para "pemulung maya". Hahaha, ribet ya.

Sambil liputan, saya menikmati seminar itu. Serasa kuliah kembali. Di depan panel, dosen saya Pak Lukas S Ispandriarno yang memperoleh doktor ilmu komunikasi dari Ilmenau Technical University, Jerman, memaparkan pandangannya tentang media internet.

Internet merupakan ladang informasi mahaluas, yang memberikan banyak pilihan bagi para penggunanya. Namun jika tidak disertai sikap kritis dan sadar media, internet justru berpotensi menyesatkan.

Lukas menuturkan, gejala mundurnya kreativitas yang paling mudah dilihat yakni fenomena copy paste (copas), atau menjiplak mentah-mentah bahan di internet dan diakui sebagai karya sendiri.

“Internet yang canggih bisa membuat para pelajar menjadi malas dan tidak kreatif. Informasi dari internet tidak semuanya kredibel, apalagi untuk tujuan akademik,” paparnya.

Lukas memaparkan contoh pelajar tingkat SMP yang diberi tugas membuat makalah dengan topik lumayan berat, yakni tentang politik dan perempuan. Karena mudahnya memperoleh informasi dari internet, karya tulis para pelajar ini cenderung copas dari bahan-bahan yang sudah ada di berbagai blog dan situs.

Menurut dia, media massa konvensional seperti koran sesungguhnya jauh lebih kredibel. Sebab informasi yang ditampilkan telah melalui berbagai saringan, sumbernya resmi, dan institusi medianya memiliki alamat yang jelas dan bisa dihubungi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline