Lihat ke Halaman Asli

Perjalanan Darat ke Phnom Penh city (II)

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_93673" align="aligncenter" width="300" caption="Papan Nama Penujuk Arah"][/caption]  Pertama sampai di kota Phnom Penh saat itu sudah mulai malam sekitar jam 5.30 setelah bus berputar menuju lokasi hotel sekitar jam 6.30 kami baru bisa masuk kamar hotel. Kepala rombongan menginformasikan untuk segera berkumpul kembali di lobo hotel karena akan makan malam bersama di salah satu resto milik orang indonesia. Warung Bali namanya, tentu saja penulis antusias untuk bergabung, selain memang sudah lapar juga ingin menikmati makan bersama dan jalan malam di kota yang pernah di kenal dengan khmer merahnya ini. [caption id="attachment_93677" align="aligncenter" width="300" caption="Makan Malam Bersama"][/caption] Setelah semua rombongan siap di loby kami semua naik ke bus yang akan mengantar ke warung bali. Sebelum berangkat ke kamboja, kami sudah mendengar tentang warung ini, jadi selain lapar semua peserta juga penasaran ingin melihat langsung lokasi warung ini. Makan di warung ini memang ngga berbeda dengan suasana resto di indonesia, khususnya di wilayah Jabodetabek. Selain suasana ruangan juga musik yg kami dengar juga sekitar lagu dari tanah air. Setelah usai makan malam, kami sebagian langsung keambali ke hotel untuk istirahat, ada juga yang hang out di hiburan malam. Sedangkan penulis segera ke toko untuk membeli beberapa keperluan mandi karena saat di hotel kami periksa ternyata lupa memasukan alat madi. [caption id="attachment_93675" align="aligncenter" width="300" caption="Makan Siang bersama"][/caption] Pagi esoknya, sebelum rombongan makan pagi, kami sempatkan untuk jalan 2x selepas subuh. Suasana kota masih sepi dan angin segar menerpa kami dengan lembut. Mobil sejenis rover berseliweran, uniknya ada yg ber-plat nomor ada juga yang bodong, malah yg ngga ber plat lebih banyak kami temui. [caption id="attachment_93679" align="aligncenter" width="300" caption="Phnon Penh City"][/caption] Kami sempatkan mampir di toko roti untuk bekal bila nanti siang kami lapar dan watu makan siang takutnya ngaret karena harus menunggu rombongan. [caption id="attachment_93681" align="aligncenter" width="300" caption="Phnom Penh City"][/caption] Setelah kami cape berputar ngga terasa jam sudah menunjukan pukul 8.00 dan kami harus segera kembali ke loby hotel untuk sarapan di restoran yang sudah di tunjuk oleh ketua rombongan sebelumnya. Kami segera menyetop Tuk-tuk karena takut telat. Setelah berjalan sekitar 5 menit sampai juga di hotel penginapan dan kami membayar sekitar 2 US$,-. Bersambung... [caption id="attachment_93674" align="aligncenter" width="300" caption="Penulis dan keluarga"][/caption] Rabiul awal, 29, 1431 H Tulisan Lainnya: Phnom Penh (IV) Phnom Penh (III) Phnom Penh (I)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline