JALAN SUFI SEBAGAI SOLUSI KEBANGSAAN
Oleh Endang Yusro
Tulisan singkat berikut ini tidak membahas bagaimana memecahkan permasalahan yang dihadapi Bangsa ini secara menyeluruh atau umum yang tentunya membutuhkan waktu, tenaga, biaya, dan pikiran untuk mempublikasikannya. Dengan kata lain memerlukan penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Tulisan ini hanya mengkaji bagaimana menghadapi permasalahan Bangsa ini melalui satu sudut pandang keilmuan, yaitu, ilmu tasawuf. Hal ini penulis lakukan sebagai bentuk tanggung jawab akademik dari yang telah disampaikan.
Selanjutnya, mengawali tulisan sederhana ini, penulis mengajak pembaca mendalami bagaimana jalan sufi yang dimaksud. Dalam hal ini, literasi sufiisme mengenal istilah asketis.
Asketis atau "kesederhanaan", yaitu ajaran tasawuf dalam rangka menghindari hal-hal yang berlebihan. Istilah ini (baca, asketis) sepadan dengan istilah zuhud dalam khasanah sufisme (paham tasawuf), menjauhi sikap hidup berfoya-foya.
Jika diletakkan dalam konteks kehidupan bernegara, asketisme berarti cerminan dari seorang negarawan yang sederhana, jujur dan rela berkorban bagi bangsa dan negaranya.
Dalam makna yang sederhana, pemimpin asketis adalah pemimpin yang senantiasa membentengi jiwanya dari kecintaannya kepada dunia yang melebihi batas.
Sementara, dalam makna yang lebih luas, pemimpin asketis selalu menempatkan hak dan kewajiban rakyatnya secara proporsional. Untuk hal ini diperlukan sikap dan karakteristik pemimpin dan warganya.
Pemimpin yang berkarakter kuat, cerdas, disiplin, tegas, terbuka dan jujur pun dengan warganya, yang senantiasa meletakkan pondasi "kejujuran" dalam setiap tingkah dan lakunya akan membawa bangsa ini menuju bangsa yang "berperadaban" tinggi.