Lihat ke Halaman Asli

Berartinya Sebuah Peduli

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1350787279222151473

Sebuah nama, sebuah cerita

Dedicated to Ari Junaidi

Pernahkah terfikir ketika dunia pendidikan menjadi demikian kaku selama prosesi pengajaran ? Sempatkah terlintas suasana yang demikian berjarak antara dosen dan mahasiswa ? Adakah rasa yang menjadi gerutu hingga ilmu yang tersampaikan hanya singgah sesaat lalu detik berikutnya lari entah kemana ?.

Hal-hal serupa itu kini sudah tak seharusnya menjadi iklim yang menaungi. Telah tiba saatnya merangkul mahasiswa sebagai patner untuk saling berdiskusi, memberi mereka ruang untuk mengungkapkan keluh dalam kesah yang akan menjadi dian bagi perjalanan ke depan.

Mr AJ, kami mengenalnya hanya sesaat. Bahkan bagi anak-anak Public Relation (PR) pertemuan itu hanya dua kali tatap muka. Namun entah energi darimana yang membuat kami bersinergi dengan sosok tersebut. Mampu menciptakan suasana kelas yang berbeda dari biasanya, mungkin itu salah satu hal yang membuat kami merasa dekat. Penyampaian materi yang tidak monoton dengan selingan semangat motivasi untuk terus mengejar mimpi adalah sebuah terobosan baru yang secara tak sengaja melecutkan lagi titian-titian mimpi yang telah nyaris punah.

Di ujung perjalanan jejak kami di kampus ini, dia masih tak jemu untuk terus menyalakan semangat itu.

“Setelah lulus, apa langkah kalian berikutnya ? Kalau bisa jangan berhenti sampai disini. Jangan pernah biarkan ilmu yang sudah didapat layu tanpa bermanfaat. Belajar tak pernah ada kata ending, kejarlah terus ! Hauslah selalu akan ilmu !”

Kalimat itu sederhana, tapi menjadi sumber pencapaian luar biasa. Di satu sisi kami sempat bingung setelah ini hendak kemana sebab seluruhnya telah mempunyai pekerjaan yang tetap. Ada yang memang berpengaruh pada jabatan tapi ada sebagian yang tak memberi pengaruh apa-apa selain untuk memenuhi kehausan akan ilmu semata.

Sharing, menjadi sahabat terbaik untuk menemukan arah yang sempat menghilang.

“Kenapa tak membentuk team saja untuk membagikan ilmu-ilmu kalian di ke masyarakat luas. Saya kira kalian adalah team yang solid, kompak. Memberi pelatihan dan seminar dengan ilmu yang sudah kalian peroleh selama di kampus. Bukannya akan berkurang justru selain ilmu itu akan bertambah, di sisi lain pasti akan membuka peluang bagi pencapaian-pencapaian baru. Kalau tak terus menerus diasah ilmu itu akan hilang. Sayang kan dengan pengorbanan waktu dan raga yang selama ini sudah kalian lakukan ?”

Hey, kami baru berfikir. Benar juga, dengan berkaca pada dia. Terbang ke seluruh penjuru negeri untuk berbagi ilmu. Hal-hal fantastis seperti rupiah adalah bonus bagi sebuah kerja keras tanpa lelah. Namun esensi yang paling penting adalah berbagi hal-hal bermanfaat. Mungkin saja tidak keseluruhan hasilnya tampak nyata tapi apakah kita pernah berfikir bahwa kalimat-kalimat yang kita ucapkan telah memberi perubahan dan kehidupan baru yang lebih baik bagi banyak orang. Semesta membaca dan Tuhan tak segan untuk mencatatnya sebagai tabungan bagi penghitungan kelak.

“Ke depannya setelah kalian kembali ke komunitas masing-masing, apakah masih akan meluangkan waktu untuk berkumpul seperti ini atau selesai saat ini juga ?”

Sejenak kami berfikir. Pertanyaan itu sangat sederhana tapi tanpa dia sadari justru penggalian hakikat persahabatan hadir. Bertemu dalam pencarian mimpi, mengejarnya bersama. Terjatuh, down, lelah dan malas yang datang silih berganti pernah hinggap pada masing-masing pribadi di kelas ini. Namun selalu saja ada yang tergerak untuk menjadi pelecut semangat itu lagi. Kebersamaan yang tak tertandingi, makna sejati yang tak ternilai terlalu berharga untuk disiakan begitu saja. Malam itu sekali lagi, sebuah bahasa tanpa rekayasa menyentuh hati. Karakter berbeda yang menyatu dalam bingkai ketulusan dalam sebuah ruang bernama persahabatan. Thanks to Mr AJ, telah mengingatkan dengan sangat halus.

“Apa persembahan terbaik untuk seorang sahabat ?” pertanyaan ini pernah kuajukan kepada mereka.

Pak Wisnu berkata singkat, “Tangan”.

Mr AJ sudah memberi makna itu selama ini. Waktu yang singkat nyatanya bukan alasan untuk menjadi jarak. Kita tak butuh detik yang melekat untuk membuat ruang tak bersekat. Kita hanya butuh niat untuk menjadi dekat. Kita hanya butuh semangat untuk menjadi kuat. Kita hanya butuh tangan untuk hangatnya genggaman.

Kisah klasik untuk masa depan, saat-saat ini pasti akan kita rindukan. Kami tak pernah suka dengan kalimat “Selamat Tinggal”, jadi “Sugeng Rawuh, Selamat Datang Mr AJ

Mr AJ …

Tuhan menghadirkan kami dalam sepenggal jejak perjalanan

Tapak itu tak pernah terencana untuk terabadikan

Tapi waktu memberi detik akan pembuktian

Tetaplah bersama dalam bingkai persahabatan

Berbagi sedikit ruang untuk kami menjemput semangat

Jangan pernah lelah mengingatkan tulusnya niat

Jangan pernah letih menjadikan kami pribadi kuat

Jangan pernah jemu menghidupkan lagi tentang impian-impian hebat

M-Kom Unitomo




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline