Candi Ijo adalah candi dengan lokasi tertinggi di Yogyakarta. Candi ini juga memiliki Lingga Yoni terbesar yang pernah ditemukan. Terdiri dari 11 teras dengan mengusung konsep punden berundak yang dibangun pada batuan padas Batur Agung di Dusun Groyokan, Desa Sambirejo Prambanan.
Candi Induk di Candi Ijo berada pada teras ke-11, begitu juga dengan ketiga perwaranya. Pada teras ke-10 tidak terdapat bangunan candi. Pada teras ke-9 terdapat satu batur atau mandapa berumpak 24 buah, pada teras ke-8 terdapat tiga buah candi, empat buah batur dan temuan dua buah prasasti yang menghadap ke timur. Pada teras ke-7 dan ke-6 tidak terdapat bangunan candi. Pada teras ke-5 ada satu Candi dan dua buah batur. Pada teras ke-4 terdapat satu candi, teras ke-3 dan ke-2 tidak ada candi lalu teras ke-1 ada satu candi.
Kesemuaan struktur di sana ada yang sudah berhasil dipugar dan ada yang masih berupa reruntuhan. Tapak yang terpilih untuk Candi Ijo adalah batuan padas yang berada pada ketinggian 395,481 meter di atas permukaan air laut dan Candi Ijo adalah candi dengan lokasi tertinggi di daerah Yogyakarta.
Di lereng Candi Ijo juga pernah ditemukan arca Narasimha dan arca Wisnutriwikrama yang menjadi satu-satunya yang pernah ditemukan di Indonesia. Arca Narasimha yang ditemukan di Candi Ijo, merupakan arca langka, bahkan satu-satunya jenis arca penjelmaan (avatara) Dewa Wisnu yang ditemukan di Yogyakarta.
Arca ini menggambarkan figur manusia berkepala singa (Narasimha) dalam posisi menghimpit dan membelah dada musuh di pangkuannya. Dan tempat arca itu ditemukan tidak berada persis di komplek Candi Ijo, namun berada pada satu bukit kecil di barat laut Candi Ijo dan sebagian besar pengunjung Candi Ijo tidak mengetahuinya. Tempat penemuan itu lebih dikenal sebagai Sumur Bandung.
Pada penggalian yang dilakukan di sumuran candi induk, ditemukan lembaran emas bertulis, cincin emas, batu merjan, dan sejenis biji-bijian. Lembaran emas bertulis tersebut berhasil dibaca oleh Y.G. de Casparis berbunyi "Pandu Rangga Bhasmaja".
Berdasarkan pencarian saya terhadap kata Panduranga, ia dikenal juga sebagai Vithoba atau Vithala. Dewa Hindu yang sebagian besar disembah di negara bagian Maharashtra dan Karnataka di India. Dia umumnya dianggap sebagai manifestasi dari dewa Wisnu, atau avatarnya Krishna. Vithoba sering digambarkan sebagai anak laki-laki berkulit gelap, berdiri dengan tangan akimbo di atas batu bata, terkadang ditemani oleh pendampingnya Rakhumai.
Relate ya dengan penemuan Arca Wisnu Triwikrama di lereng barat laut Candi Ijo (Sumur Bandung)
Teras berundak adalah struktur tata ruang atau bangunan berupa trap yang mengarah pada satu titik sebagai pusatnya. Struktur seperti ini sering ditemukan pada mandala pemujaan periode pra Hindu-Buddha.
Struktur berundak seperti pada Candi Ijo biasa disebut sebagai Pepunden dalam bahasa Jawa. Yang dimaknai sebagai objek pemujaan. Konsepnya mirip dengan Kabuyutan pada masyarakat Sunda.