Studi di Jepang! Sejujurnya tidak pernah ada dalam rencana saya untuk studi di negeri Sakura ini. Setelah 7 tahun tebar pesona mengirimkan 27 aplikasi ke berbagai perguruan tinggi di beberapa negara, tahun 2014 akhirnya berkat kesempatan itu tiba. Saya melanjutkan studi doktoral di Jepang dengan beasiswa BPPLN-DIKTI.
Dari pengumuman diterima beasiswa sampai waktu keberangkatan, saya hanya punya waktu sekitar 2 bulan untuk persiapan. Tidak mampu ber-Bahasa Jepang, keterbatasan kenalan dan pengalaman tidak menyurutkan semangat untuk berjuang di negeri matahari terbit.
Saya akan berbagi kisah dari persiapan, tinggal disana dan saat kembali ke Indonesia. Pada kesempatan pertama ini saya berbagi tentang persiapan keberangkatan. So, tunggu cerita saya berikutnya ya.
Banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk keberangkatan dan tinggal di Jepang. Dari dokumen keberangkatan hingga barang bawaan. Berikut adalah Dos and Don'ts yang dapat saya rangkum dalam persiapan, khususnya bagi yang memiliki latar belakang seperti saya.
1. Nihon-go
- Do #1: Ikuti Japanese Course di kampus!
- Don't #1: Tidak perlu kuatir jika belum bisa Bahasa Jepang!
Bahasa lokal adalah koentji! Bahasa Jepang sebagai alat komunikasi dan prasarana supaya "tidak tersesat". Karena faktanya tidak semua orang Jepang bisa Bahasa Inggris. Juga tidak semua tulisan Jepang didampingi oleh tulisan Bahasa Inggris. Misalnya formulir dan petunjuk di stasiun, gedung, dll.
Namun tidak perlu kuatir tentang ini karena semua perguruan tinggi di Jepang menyediakan Japanese Course untuk mahasiswa asing. Jadi akhirnya kita sambil menyelam minum air. Kita memiliki peluang untuk mendapatkan degree sekaligus menguasai bahasa baru. Apalagi kita belajar langsung dengan native speaker disana. Asyik kan?
2. Komunitas orang Indonesia
- Do #2: Bergabung dengan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang!
- Don't #2: Jangan kuatir jika tidak ada kenalan sama sekali di Jepang!
Bagi saya PPI tidak hanya sebagai keluarga, tapi juga sebagai pusat informasi dan jaringan. Hidup di perantauan selama 3 tahun, kita pasti bertemu teman-teman baru dari berbagai negara. Hal ini menyenangkan. Namun bagi saya, bersama dengan sesama orang Indonesia akan tetap lebih nyaman dan feel home.
Tapi jangan lupa untuk tetap membangun jaringan pertemanan internasional ya. Karena kita tidak tahu manakala suatu hari nanti kita bekerjasama atau terhubung dengan mereka.