Lihat ke Halaman Asli

Wanita Penikmat Rindu

Hanya orang biasa

Jalan yang Jauh... Pulanglah!

Diperbarui: 24 September 2023   13:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Hari ini aku melihat wajah-wajah yang penuh makna. Lukisan hati yang tidak bisa kita artikan begitu saja. Ada luka, bahagia, kesedihan dan bahkan keputusasaan yang terlukis diraut wajah mereka. Mereka tidak jauh berbeda denganku, ada pilu, sakit, kecewa, kesedihan yang dirangkul cukup lama dan membebani hati dan pikiran.

Keterbatasanku untuk memikul membuatku rentan untuk tetap berusaha tegar. Walau sebenarnya untuk berpura-pura mungkin bisaku lakukan. Tetapi harus sampai kapan untuk berpura-pura ?. Aku hanya tidak ingin berpura-pura lagi, aku lelah untuk berpura-pura tegar. Aku sakit, aku sedih, aku bahagia, aku kecewa, aku putus asa...iya itu semua benar.

Beberapa hari lalu dalam satu minggu ini, badai terus menerjang. Mencoba mendobrak pintu hati dan pikiran untuk melepaskan semua yang telahku bangun sebelumnya. Berpura-pura untuk menjadi tegar telah lama hilang menjadi aku yang berani jujur untuk mengekspresikan segala rasa yang aku rasakan.

Bagaikan jiwa yang terpisah, untuk memilih mati dan hidup pun enggan. Jiwa yang telah direnggut olehnya sudah melepas diri dari raga ini untuk dimiliki dan dijaga olehnya. Ragaku ada di sini tetapi hatiku bersamamu. Bukan kata maaf, pinta atau alunan syair puisi yang kuinginkan, tetapi peluk dan cinta yang kuinginkan. Cerita kita tentang sebuah rumah yang berbeda. Rumahku dan rumah mu adalah hati dan perasaan yang sebagai landasan tanah untuk kita tanam sebuah benih dari setiap cerita yang berubah menjadi cinta yang tumbuh setiap waktunya.

Kamu dan aku yang berjarak jauh, dan hanya tersentuh oleh doa. Hati mu telah kujaga, nama mu menjadi rahasiaku kepada sang pencipta. Dalam setiap diam selalu kubawa, dalam setiap diam selalu kupikirkan. Di dalam setiap cerita ada nama mu yang selalu kubawa.

Jalan yang jauh, jangan lupa untuk pulang, katanya. Lelah mu, sakit mu akan kutopang bersama mu. Aku dan kamu adalah puing-puing yang tersisa dari kejamnya kehidupan sebelumnya, yang mencari-cari rumah untuk pulang dan bersandar, berbagi kesakitan dan kepedihan dari dunia yang mencoba memorak-porandakan kesetiaan dan kepercayaan yang kita bangun bersama.

Apa jadinya rumahku tanpa dirimu ?

Apa jadinya rumahmu tanpa diriku ?

Aku tak dapat mendeskripsikannya. Yang aku tau itu akan menjadi rumah yang gelap tanpa lentera.

Pulanglah...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline