Untuk kita yang pernah saling mengenal, dan yang pernah menjadi kerabat sedekat nadi. Kisah kita tidak banyak di dunia ini, padahal aku berharap banyak cerita yang akan kita ceritakan kembali untuk penerus kita selanjutnya.
Sungguh hari ini aku merasa sepi, hampa dan terasa kosong didalam diri ini. Aku kehilangan separuh jiwaku yang dahulunya si periang. Sekarang tak banyak waktu untuk ku tersenyum, seperti aku merasakan terasingkan oleh keadaan ku sendiri.
Sulit memberitahu apa yang menjadi kegusaran ku, yang aku tau aku hanya ingin berbaur kembali dengan dirinya. Tetapi itu hanya sebuah kesempatan yang aku sendiri tidak tau kapan terjadi.
Takdir yang membawanya bersama ku dan membawa sebagian diriku untuk ditinggalkan olehnya begitu saja tidak pernah terduga, tetapi sakit nya, aku sudah menduga setelah dirinya menyentuh hati yang lembut ini.
Namun, aku tetap melangkah berpikir seolah akan lebih baik jika aku selalu berada disampingnya, akan tetapi itu adalah kiasan dari pemikiran seseorang yang takut untuk jatuh dan patah hati kembali, sehingga ia rela memberatkan hatinya yang lupa dengan cinta dan kasih, menjadi bodoh akan cinta dan kasih.
Sangat dikasihani, diri sendiri hancur oleh karena pertemuan dengan segelas kopi dan coklat dingin. Haruskah aku tertawa ? Sudah, sudah ku lakukan beberapa kali jika mengingat semua yang telah ku lewati. Diriku ternyata masih sama seperti yang dahulu sebelum dipatahkan oleh kebaikan kecil seseorang.
Selalu menganggap bahwa semua orang baik, namun ternyata itu hanya untuk kesan pertama diawal pertemuan, baik perempuan maupun pria. Semua halnya sama, jika mereka menginginkan sesuatu maka mereka harus memanipulasi kebaikan kecil untuk mendapatkan apa yang mereka mau , setelah itu mereka akan menunjukkan dengan sendirinya apa tujuan mereka. Itulah yang ku lihat, setelah semua yang telah ku lalui dengan beberapa rekan, teman bahkan yang pernah ku sebut sebagai "he's mine".
Mengecewakan jika akhirnya semua pergi, entah itu karna kesalahan sendiri atau sebaliknya, atau bisa saja sudah waktunya mereka untuk pergi. Karna yang datang tidak bisa dipaksakan untuk menetap, dan yang akan datang akan pergi juga. Semua nya tidak bisa dituntut untuk menyenangkan diri sendiri, juga tidak bisa dituntut untuk menyenangkan orang lain. Mencari kebahagiaan mungkin sulit jika tidak dimulai dengan membahagiakan diri sendiri, karena itu lebih dari cukup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H