Lihat ke Halaman Asli

Media Baru, Dunia Baru

Diperbarui: 28 Agustus 2017   00:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Era milenium sekarang ini, manusia dimanjakan oleh beberapa kecanggihan teknologi, salah satunya teknologi informasi. Setiap harinya terdapat beberapa orang yang sedang asyik sendiri dengan gadgetnya, seperti saat menumpang transportasi umum, di pusat perbelanjaan, disela menunggu pergantian pelajaran baik di  kampus maupun di sekolah. Berbagai kalangan baik usia muda maupun usia tua sibuk dengan 'dunianya sendiri'. Dengan menggunakan alat yang disebut 'smartphone' tersebut, orang-orang dengan mudahnya mengakses informasi yang dibutuhkan.

Macam-macam informasi yang terdapat dalam 'smartphone' ini cukup dibilang lengkap seperti berita baik berita lokal, dalam negeri, dan luar negeri, olahraga, situasi kepadatan kendaraan,perkiraan cuaca, dan masih banyak lagi yang mampu diakses hanya lewat genggaman tangan saja.

Informasi sebelum dikonsumsi atau diterima masyarakat tentu terlebih dahulu melalui 'media'. Kata 'media'sudah lazim didengar telinga masyarakat. Mendengar kata 'media' sontak dibenak kita adalah 'alat' yang digunakan untuk akses informasi contohnya radio, televisi, koran, majalah. Tetapi radio, televisi, koran, majalah tentu kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan informasi pada zaman milenial ini. Maka muncullah istilah 'new media' atau sering disebut juga dengan media baru?

Dalam bukunya Lister mengungkapkan kata 'media' sebelumnya dikatakan sebagai 'alat', kini dengan penambahan kata 'baru' memiliki merujuk pada ide-ide baru, bagus yang dikembangkan. Dikatakan Lister dalam buku berjudul New Media a Citical Introduction manusia sekarang tak hanya menjadi konsumen dari suatu media tetapi terus berkembang seiring perkembangan teknologi manusia yang dahulu menjadi konsumen bisa menjadi produsen. Tak hanya itu dahulu produsen yang mengolah dan memproduksi informasi kini bisa juga menjadi konsumen.

Jika ditarik beberapa tahun ke belakang dimana sekitar abad ke 17 saat ditemukan surat kabar, manusia untuk mendapatkan informasi dengan membaca surat kabar dipagi hari. Baru dengan ditemukannya radio masyarakat mulai bertambah infomasi yang didapat. Hal ini  terus berkelanjutan sampai televisi ditemukan. Masyarakat cenderung menjadi pengonsumsi informasi saja pada saat itu. Namun, lihat sekarang ini terjadi fenomena jurnalisme warga atau biasa sering didengar 'citizen journalism'.

Produk jurnalisme warga merupakan salah satu bentuk inovasi penyampaian berita informasi yang disampaikan oleh warga yang notabene bukan ahli dalam bidang jurnalistik. Dengan menggunakan kamera handphone, masyarakat dapat mengabadikan moment penting yang dapat berdampak luas bagi masyarakat disekitar seperti adanya kecelakaan, kemacetan jalan, serta informasi ringan tentang tempat wisata serta kuliner. Tak jarang sekarang banyak stasiun televisi yang dahulu dikenal sebagai produsen kini menikmati hasil informasi dari 'konsumennya' yang bisa mendatangkan keuntungan bagi stasiun televisi tersebut. Banyak bermunculan program citizen journalism di televisi Indonesia.

Informasi yang didapat jurnalisme warga tidak hanya dikonsumsi oleh warga sekitar, maka setelah kemunculan internet, jurnalisme warga kemudian membagikan hasil liputannya melalui internet yang kemudian tersebar luas ke seluruh wilayah yang ada di Indonesia. Tersebarnya informasi melalui internet inilah yang kemudian bisa masuk dalam program acara televisi.

Pengaruh media baru begitu terasa dikehidupan masyarakat saat ini. Globalisasi menjadi faktor utama media baru. Selain bertambahnya informasi media baru juga menghantarkan dampak di sekor perekonomian. Dalam bukunya Lister mengungkapkan kini tak ada lagi batas-batas negara untuk menjalin hubungan kerjasama ekonomi, pemerintahan sehingga terbuka untuk menjalin kerjasama antar negara satu sama lain.

Jika berpuluh-puluh tahun masyarakat cenderung pasif terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah seakan tunduk dengan apa yang diputuskan pemerintah, sekarang pikiran masyarakat lebih terbuka terhadap kebijakan yang hendak dan sudah diambil pmerintah. Kini melalui koneksi internet serta alamat web kita (masyarakat) ikut andil dalam mengontrol kebijakan pemerintah.

Menggunakan kata 'baru' setelah kata 'media' memberikan istilah yang positif. Bagaimana tidak, penambahan kata 'baru' dapat mengubah serta membentuk perubahan zaman. Dahulu orang mendengar kata 'media' identik dengan wartawan (jurnalis), surat kabar, radio, televisi, fotografi atau berbau kegiatan jurnalistik, sekarang dapat berkembang sesuai dengan fungsi dan kebutuhan masing-masing orang.

Selebihnya keberadaan 'media baru' sekarang ini banyak memberi manfaat bagi masyarakat. Harapannya adalah bagaimana masyarakat menggunakan dengan bijak, kritis terhadap peristiwa disekitar dalam penggunaan 'media baru' ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline