Lihat ke Halaman Asli

Nagara Kepulauan Mengimport Garam

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

cuaca pada akhir-akhir ini memang susah ditebak, kadang panas bantar ujan. selain membuat badan mriang (masuk angin) juga merugikan petani, pedagang sayur dan para pekerja lapangan. cuaca pada tahun ini bisa dibilang sangat ekstrim, karena yang harusnya musim panas sekarang berubah menjadi musim hujan semua. ini adalah akibat dari global warming. lihat saja berita di media-media, baik yang cetak maupun yang elektronik semua membicarakan tentang bencana-bencana banjir dan tanah longsor.

akibat dari global warming ini musim panas semakin sedikit. petani kita yang mengandalkan panas sebagai sumber energi untuk mengeringkan bahan panenannya mengalami kesusahan. misalnya saja petani garam, mereka sangat susah sekali mengeringkan bahan yang akan menjadi garam. mereka biasa mengeringkan bahan pembuat garam selama 10 hari, sekarang paling hanya 5 hari karena hari ke-6 nya pasti sudah turun hujan lagi. ini membuat turun drastis hasil panen garam pada tahun ini. dan yang paling parah garam di pasaran sangat jarang dan mahal.

apakah negara kita perlu mengimport garam?

ini mungkin pertanyaan yang sangat aneh di telinga kita, karena kita berada pada negara kepulauan. tapi setelah melihat kenyataan yang ada mau bagaimana lagi kalau tidak mengimport. pemerintah juga tidak mau rakyatnya kekurangan zat yodium yang terkandung pada garam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline