Di zaman sekarang ini asumsi terhadap kata "Introvert" seringkali di salah artikan, Individu yang Introvert di anggap sebagai indivudu yang pendiam, pemalu, dan tidak dapat bersosialisi. Tetapi anggapan tersebut muncul tanpa adanya pengertian terhadap latar belakang yang menjadikan seorang introvert memiliki sikap seperti itu. Menurut Carl Jung introvert berarti mengalihkan energi psikis ke dalam diri yang bersifat subjektif dalam memandang dunia. Ini berarti bahwa individu yang introvert lebih mengrahkan energi nya untuk dirinya sendiri. Mereka seringkali menikmati waktu saat sendirian. Bukan tidak peduli terhadap keadaan sosial, tetapi individu yang introvert memiliki persepsi pribadi yang diinterpretasikan melalui pikiran dan perasaan mereka sendiri.
Dunia subjektif dalam diri introvert mempengaruhi orientasinya yang mengarah ke dalam pikiran, perasaan, dan tindakannya. Penyesuaian dengan batinnya sendiri menjadi baik. Tetapi, penyesuaiannya terhadap dunia luar menjadikannya seorang yang tertutup, enggan bergaul, enggan berhubungan dengan orang lain. Apabila jarak dengan dunia objektif-nya terlalu jauh akan menyebabkan ia terlepas dari dunia objektif nya sendiri, ini merupakan sisi negatif dari individu yang introvert.
Itulah mengapa individu yang introvert biasanya kurang percaya terhadap dirinya sendiri karna individu ini memiliki rasa khawatir yang tinggi. Menjadikannya berhati-hati dalam berbicara, seringkali merasa pesimis, juga takut untuk menampilkan dirinya di depan banyak orang. Tetapi bukan berarti individu yang introvert merupakan seseorang yang berperilaku negatif.
Menurut Beni Ahmad Saebani dalam bukunya yang berjudul Ilmu Sosial Dasar (Bandung, Pustaka Setia, 2023:11) bahwa manusia sebagai individual akan menemukan individuation, yaitu proses untuk mencapai kepribadian yang integral dan sehat, karena semua sistem atau aspek kepribadian harus mencapai taraf diiferensiasi dan perkembangan yang optimmal melalui proses pembentukan diri atau penemuan diri. Manusia diberi kekuatan dalam jiwanya yang berfungsi mengendalikan diri, baik potensi opensif, depensif, maupun potensi akalnya. Kemampuannya menghadang segala hal yang membahayakan dan mengambil sesuatu yang memberi bermanfaat.
Berarti bahwa setiap kepribadian individu memiliki rasa penerimaan atas semua aspek yang ada pada dirinya. Tentu saja di sisi terang dan gelapnya. Kebutuhan diri setiap Individu tentu berbeda. Oleh karena itu, adanya kekuatan jiwa pada manusia yang dapat mengendalikan diri dan menggunakan potensi akal untuk mengembangkan potensi yang seimbang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H