Lihat ke Halaman Asli

Endah Suyarini

Saya bekerja dari subuh hingga malam hari. Jabatan saya sebagai seorang istri dan ibu. Disebuah perusahaan rumah tangga.

Hujan Angin

Diperbarui: 4 November 2024   10:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hujan turun deras sore ini. Bahkan ditemani oleh angin yang tidak kalah kencang. Mereka seolah bagai sahabat yang sedang menunjukan kekompakannya.

Aku duduk dihalte bis, tanpa bermaksud menunggu bus datang. Hanya numpang berteduh. 

"Seharusnya bawa jas hujan!" Gerutuku.

Lagi asik menggerutu dan bersumpah serapah, lewat empat orang anak sekolah dasar. Aku tahu, karena mereka masih mengenakan seragam. Dengan suka cita mereka tertawa tawa lewat didepanku. 

"Hujanya sangar! Tapi, lebih sangar aku!" Teriak bocah gempal dengan lantang, dan membusungkan dada.

Entah kenapa adegan itu membuatku tersenyum. 

"Seru," batinku. "Tapi, bukannya bahaya ya. Hujan angin gini," masih aku membatin.

"Hei, bocah! Berteduh sini. Hujan angin!" Himbau seorang ibu. Mungkin ibu itu teringat anaknya.

Gerombolan anak itu, berhenti tanpa berteduh. Malah kompak menghadapkan wajahnya keatas dengan mata terpejam.

"Seger, Bu! Kalau berteduh, ya, gak sampai2, Bu! Keburu filmnya selesai. Hujan anginnya masih aman, Bu!" seorang bocah menolak printah si ibu.

"Ayo, lanjut! Terjang badainya dan kita jadi pemenangnya!" Teriak salah satu bocah lainnya yang berkulit coklat dan tubuhnya paling tinggi diantara yang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline