Anak adalah anugerah, sayangi dan didik anak-anak dengan cinta dan kelembutan
Dikaruniai banyak anak adalah berkah tersendiri bagi pasangan suami istri. Tawa riuh dan canda anak-anak akan semakin menambah kehangatan dalam keluarga. Anak-anak yang sukses di masa depan pun menjadi dambaan semua orang tua. Namun, semua itu tidaklah hadir begitu saja. Pola asuh orang tua nantinya akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian yang menjadi salah satu penentu kesuksesan seorang anak di masa depan.
Memaknai Pola Asuh
Secara umum, pola asuh dapat dimaknai sebagai proses pendampingan orang tua dalam perkembangan anak baik secara fisik maupun psikologis dari sejak kanak-kanak sampai mereka dewasa. Di dalam proses ini, peran orang tua dalam pembentukan karakter seorang anak sangatlah kuat.
Pola asuh ini tidak bisa hanya dilihat dari satu sisi seorang ibu saja, namun secara keseluruhan peran ayah juga termasuk di dalamnya. Bagaimana pola asuh yang diterapkan oleh orang tua, biasanya akan tergambar dalam karakter seorang anak.
Perbedaan Pola Asuh dalam Keluarga
Mencermati apa yang terjadi di lingkungan sekitar, saya melihat perbedaan pola asuh orang tua terhadap anak sulung sampai ke anak bungsu. Perbedaan pola asuh ini nyata-nyata menghasilkan karakter anak yang jauh berbeda meskipun mereka dididik oleh orang tua yang sama.
Beberapa kasus yang saya cermati, dia antaranya:
Kasus 1.
Keluarga dengan 5 anak. Anak pertama perempuan, memiliki karakter tegas, pantang menyerah, kuat pendirian, suka mengatur. Secara ekonomi paling sukses di antara semua saudaranya. Anak kedua dan ketiga perempuan, memiliki karakter yang kurang lebih sama, lebih kalem, tidak terlalu suka konflik, jadi mereka sebagai penengah di antara saudara yang lain. Anak keempat perempuan, sebetulnya hampir mirip dengan anak kedua dan ketiga, namun dengan karakter yang lebih santai dan kurang mempunyai target. Secara ekonomi anak kedua, ketiga, dan keempat setara, cukup makan. Anak kelima laki-laki. Sebagai bungsu dalam keluarga memiliki karakter santai, tidak punya target, kurang memiliki daya juang, namun keras hati dan cenderung semua keinginannya harus dipenuhi. Secara ekonomi sangat bergantung pada orang tua bahkan sampai setelah menikah.
Kasus 2.