Lihat ke Halaman Asli

Endah Tri Rachmani

Ibu rumah tangga dengan 3 anak yang juga bekerja sebagai guru.

Saya (Tak) Suka Kucing

Diperbarui: 6 Agustus 2021   22:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kucing Lucu/IDN Times

Bagi sebagian orang, memelihara kucing merupakan hobby yang menyenangkan. Mereka bahkan menganggap kucing bukan lagi sebagai binatang peliharaan, namun sahabat. Kucing-kucing tersebut diajak kemana pun pemiliknya pergi, dan seringkali diajak ngobrol selayaknya teman curhat.

Namun, bagi saya kucing semanis apapun akan terlihat menyeramkan. Saat melihat kucing, tiba-tiba saja jantung akan memompa lebih cepat, bulu kuduk merinding, perasaan cemas menyerang, seiring dengan munculnya bayangan kucing tersebut yang melompat menyerang saya.

Perasaan takut saat berhadapan dengan kucing membuat saya tidak pernah akur dengan kucing. Biasanya, yang sering saya lakukan guna mengatasi rasa tidak nyaman tersebut adalah dengan mengusir kucing tersebut dari hadapan saya.

Perihal saya yang tidak bisa berteman dengan kucing ini berawal saat saya sekolah SD. Saat itu, saya yang sedang berada di rumah sendirian tiba-tiba mendengar suara kucing kecil yang mengeong. Karena penasaran, saya pun mencari arah sumber suara. 

Setelah mencari-cari sejenak, akhirnya arah suara pun ketemu. Di gudang padi dekat pintu belakang rumah, tepatnya. Karena merasa sudah pasti, saya pun menengok ke dalam gudang padi bermaksud memindahkan anak kucing tersebut.

Berbekal tekad yang kuat, saya menyiapkan kantong sebagai tempat anak-anak kucing tersebut. Namun, saat membuka pintu gudang, secara tiba-tiba muncul induk kucing yang langsung menghadang langkah saya. Kucing itu pun mengeram dan mendesis seperti ular sambil menyeringai menunjukkan gigi-giginya yang runcing. 

Entah memang demikian suara kucing yang sedang marah atau hanya perasaan saya saja. Namun yang jelas, sejak saat itu saya menjadi punya ketakutan sendiri saat berhadapan dengan kucing.

Dulu, saat masih kuliah, saya bahkan pernah membuat heboh satu kos karena berteriak-teriak tidak jelas setelah tidak sengaja menyentuh kucing. Waktu itu, saya berniat mengambil majalah, tapi terlihat bahwa majalah itu tertutup boneka kucing. 

Tanpa ragu saya memegang boneka itu untuk menyingkirkannya dari atas majalah. Namun ternyata, itu bukan boneka kucing tapi kucing betulan. Sontak saya menjerit histeris saat kucing di tangan saya menggeliat bangun.

Sekarang, berpuluh tahun sejak peristiwa di gudang padi, saya tetap merasa takut dengan kucing. Perasaan yang sama masih tetap saya rasakan jika menatap kucing berlama-lama. Bulu kuduk merinding, jantung berdetak cepat, dan muncul bayangan bahwa kucing itu tengah bersiap untuk menyerang saya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline