Memasuki bulan Agustus, terlihat ada beberapa tanggal merah di hari kerja. Setelah saya tengok kalender, ternyata tahun baru hijriyah di tanggal 10 dan tentu saja peringatan Hari Kemerdekaan pada tanggal 17.
Namun, saat saya cari lebih banyak informasi tentang bulan Agustus, ternyata pekan ini ada agenda khusus untuk ibu dan bayi, yaitu Pekan ASI Sedunia yang jatuh dari tanggal 1-7 Agustus setiap tahunnya.
Saat seorang ibu melahirkan, maka otomatis akan memproduksi ASI sebagai makanan utama bagi bayi baru lahir. Namun, beberapa kondisi membuat perbedaan dalam jumlah produksi.
Berdasar pengalaman pribadi, hal yang sangat mempengaruhi banyak sedikitnya produksi ASI yaitu: suasana hati ibu, makan dan minum, dan seringnya bayi menyusu.
Seorang ibu dengan suasana hati yang baik akan merangsang tubuh untuk terus memproduksi ASI sesuai kebutuhan bayinya. Sebaliknya suasana hati yang sedang tidak baik atau bahkan stres menghambat proses produksi ASI hingga bisa saja tiba-tiba ASI berkurang drastis.
Asupan makanan dan minuman yang cukup akan membuat tubuh mempunyai bahan yang cukup untuk memproduksi ASI. Pengalaman ini terlihat ketika saya berpuasa saat menyusui, bayi saya terlihat kelaparan meski sudah menyusu cukup lama. Waktu itu saya menyiasati dengan menyetok ASI perah yang banyak sebagai cadangan.
Semakin sering bayi menyusu maka tubuh juga akan semakin giat memproduksi ASI. Sebaliknya, jika bayi jarang menyusu maka produksi ASI jadi sedikit.
Bagi ibu bekerja seperti saya, saat masa cuti habis tentu jadi terkendala untuk menyusui, padahal jika ditahan tidak menyusui dari pagi sampai sore, ada kecenderungan penurunan volume produksi ASI.
Cara paling mungkin untuk menyiasatinya yaitu dengan rajin memompa ASI sesuai jadwal menyusui di rumah. Jadi, kelenjar ASI tidak vakum dalam waktu yang lama, karena saat payudara kosong secara otomatis akan memproduksi ASI kembali.