Ethnoscience adalah.kata.ethnos yang berasal.dari bahasa Yunani yang berarti bangsa, dan scientia (bahasa Latin) bermakna knowledge Ethnoscience adalah pengetahuan yang ada pada suatu komunitas dari suatu budaya bangsa. Etnosains merupakan kegiatan mentransformasikan antara sains asli masyarakat dengan sains ilmiah. Sains asli tercermin dalam kearifan lokal sebagai suatu pemahaman terhadap alam dan budaya yang berkembang di kalangan masyarakat. Lahirnya etnosains tidak terlepas dari trial and error sebagai salah satu metode ilmiah yang digunakan orang jaman dahulu.
Dan telah menghasilkanpengetahuan baru tetapi tidak mampu menggali potensi sains yang terkandung karenaketerbatasan pengetahuan. Tidak dapat dipisahkan antara biologi, etnosains, danpembelajaran sains karena ketiganya saling berkaitan dan terintegrasi menjadi satukesatuan yang utuh. Peran biologi dan etnosains sangat penting dalam pembelajaran
sains mengingat luasnya cakupan ilmu biologi sebagai salah satu ranah etnosains.
Kajian merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang ataupun sekelompok orang untuk mengetahui dan memahami secara mendalam seluk-beluk sesuatu melalui proses penyelidikan dan penelitian, sebagai upaya yang dilakukan untuk mencari jawaban berdasarkan masalah yang sedang dihadapi. Sedangkan etnosains mengandung arti suatu bentuk kegiatan mentransformasikan pengetahuan asli yang berkembang di masyarakat yang sifatnya tradisional dan turun-temurun.
Menjadi pengetahuan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan pengertian diatas, kajian etnosains dapat disimpulkan sebagai suatu penyelidikan dan penelitian yang mendalam yang dipandang mampu menelusuri, menggali, mengkaji untuk kemudian mentransformasikan pengetahuan sains asli yang tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat menjadi suatu bentuk pengetahuan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan
Era globalisai Abad 21 di satu sisi memberikan peluang tersendiri bagi bangsa Indonesia untuk untuk "unjuk gigi" dalam kancah internasional dengan berbagai sumber daya yang dimilikinya, karena era globalisasi menuntut saling keterbukaan dan mempermudah arus informasi antar negara melalui kemajuan teknologi yang menyertainya, yang penting bangsa Indonesia harus mampu mengelola sumber daya yang ada, terutama sumber daya manusianya. Namun di sisi lain, arus globalisasi yang melanda dunia juga memberikan tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia, agar tidak menggerus jati diri kita sebagai sebuah bangsa.
Jati diri Indonesia sebagai sebuah bangsa salah satu adalah berbagai tradisi, kearifan lokal atau budaya yang dimilikinya, karena dengan ini kita merasa bangga sebagai sebuah bangsa. Laju dan bebasnya arus informasi, pemikiran dan teknologi dari luar masuk ke Indonesia, lama kelamaan akan menggerus budaya bangsa jika tidak ada upaya yang sistematis untuk membentenginya. Keragaman budaya atau tradisi yang dimiliki bangsa Indonesia tidak hanya ada pada aspek sosial saja, tetapi banyak tradisi bangsa yang terkandung dalam aspek sains yang belum tergali dan tersosilisasika.
Pada hal banyak sains asli masyarakat (indigenous science) berupa tradisi atau kearifan lokal yang berkembang di masyarakat yang disampaikan turun temurun tentang bagaimana bersikap terhadap alam. Sistem pendidikan yang berorientasi pada budaya dan tradisi bangsa sangat diperlukan, ujung tombak dari sistem pendidikan tersebut adalah sistem pembelajaran.
Sitem pembelajaran disekolah harus mengarahkan terbentuknya budaya sekolah yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah dan masyarakat sekitar. Nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, dan kebiasaan sehari-hari disebut sebagai etno. etnosains (ethnoscience) berasal dari kata ethnos dari bahasa Yunani yang berarti bangsa dan kata scientia dari bahasa Latin yang berarti pengetahuan. Para ahli secara umum bersepakat bahwa etnosains merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh suatu bangsa atau suatu suku bangsa atau kelompok sosial tertentu.
Etnosains mendorong guru dan juga praktisi pendidikan untuk mengajarkan sains yang berlandaskan kebudayaan, kearifan lokal dan permasalahan yang ada di masyarakat, sehingga siswa dapat memahami dan mengaplikasikan sains yang mereka pelajari di dalam kelas dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang mereka temui dalam kehidupan sehari–hari.
Etnosains akan lebih mudah diamati melalui proses pendidikan tentang kehidupan sehari-hari yang dikembangkan oleh budaya, baik proses, cara, metode, maupun isinya. Pengetahuan budaya seperti dongeng, tembang, permainan-permainan, rumah adat, ritual adat, produksi lokal, pemanfaatan alam merupakan salah satu wujud sistem pendidikan etnosains.
Seorang peneliti bernama Baker dan kawan kawannya pernah mengingatkan, jika pembelajaran sains di sekolah tidak memperhatikan budaya anak, maka konsekuensinya siswa akan menolak atau menerima hanya sebagian konsep-konsep sains yang dikembangkan dalam pcmbelajaran. Stanley dan Brickhouse melalui hasil risetnya juga menyarankan agar pembelajaran sains di sekolah menyeimbangkan antara sains barat (sains normal, sains yang dipelajari dalam kelas) dengan sains asli (sains tradisional) dengan menggunakan pendekatan lintas budaya (cross-culture).