Lihat ke Halaman Asli

Pemukiman Kuno Kerinci

Diperbarui: 24 Mei 2018   23:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Kerinci adalah salah satu kabupaten di provinsi Jambi dengan pusat pemerintahan di Sungai Penuh. Untuk mencapai kota Sungai Penuh dibutuhkan waktu berkendaraan sekitar 12 jam dari Kota Jambi. Atau sekitar 8 jam dari kota Padang.

Jika kita berjalan-jalan ke Kerinci, maka kita akan melihat deretan rumah yang berjajar membentuk deretan memanjang dan saling berhadapan. Deretan rumah tersebut sejatinya adalah pola pemukiman tradisional masyarakat Kerinci, yaitu Rumah Larik (rumah yang berjejer). Bentuk rumah larik itu sendiri adalah rumah panggung, yang berjejer kesamping dan dihubungkan oleh pintu perantara di dalam setiap rumah (pintu sambung).

Filosofi rumah larik berawal dari hubungan kekeluargaan, satu deret rumah larik itu menunjukan satu kerabat, disebut satu Luhah, yang dipimpin oleh seorang Depati atau Rio. Sistem kekerabatan di Kerinci adalah sistem matrilineal (satu garis darah Ibu). Sehingga saat seorang Ibu memiliki anak perempuan, maka anak tersebut jika sudah berkeluarga harus membangun rumah di sebelah rumah ibunya. Begitu seterusnya hingga deretan rumah larik itu terhalang oleh kondisi alam, misalnya ada sungai, sawah atau hutan, maka rumah selanjutnya dibangun didepan rumah pertama dan saling berhadapan.

Pintu sambung di dalam rumah merupakan kearifan lokal mereka dalam menyikapi kondisi alam yang masih rawan dengan binatang buas, sehingga jika ada kondisi darurat, misalnya ada keluarga yang sakit, mereka tetap dapat berhubungan di dalam rumah tanpa harus keluar rumah. Rumah larik terbagi menjadi tiga bagian, bagian bawaj untuk tempat hewan ternak dan penyimpanan kayu bakar, bagian tengah sebagai tempat tinggal dan bagian atas sebagai tempat penyimpanan benda-benda pusaka.

dokpri

Namun berjalannya waktu, walaupun polak lariknya tetap dipertahankan, model bangunan rumah larik  ini mulai ditinggalkan, digantikan dengan bangunan beton. Rumah larik kayu yang sudah tidak terbengkalai, tidak terurus. Padahal itu merupakan warisan budaya leluhur yang bila kita kaji lebih dalam, baik dari segi sejarah, arsitektur, pemilihan bahan bangunan dan teknik pembangunannya dapat menjadi pembelajaran bagi pembangunan rumah di masa kini.

dokpri

Foto: Dok.Pribadi-Endah Marjoen



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline