[caption id="attachment_312125" align="aligncenter" width="300" caption="Peta Kabupaten Brebes, sumber: wikipedia"][/caption]
Menjadi seorang yang berdiri di tanah perbatasan memiliki banyak keuntungan. Selain tinggal loncat untuk ke daerah lain, budayanya pun tercampur dengan sedemikian rupa. Inilah yang dialami oleh beberapa daerah perbatasan, baik itu desa, kecamatan, kabupaten, provinsi bahkan negara.
Berbagai akulturasi terjadi, akulturasi sendiri merupakan proses bercampurnya dua kebudayaan tanpa menghilangkan kebudayaan asli. Keunikan-keunikan dari proses tersebut menjadikan kebudayaan di nusantara ini semakin melimpah ruah.
Hal ini juga terjadi pada daerah-daerah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat. Tepatnya di Kecamatan Salem Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Kecamatan ini merupakan daerah paling ujung barat daya di Kabupaten Brebes. Dikelilingi oleh bukit-bukit dan pegunungan, seolah membentuk benteng pertahanan sendiri. Di sebelah timur laut terdapat Gunung Kumbang yang mengandung sejuta misteri, tidak terlalu tinggi, namun, cukup gagah dengan bentuk huruf W sebagai puncaknya. Di sebelah barat daya juga terdapat Gunung Pojok Tilu, yang merupakan perbatasan dengan Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Cilacap Barat. Jika dilihat dari atas, Kecamatan Salem akan berbentuk seperti mangkuk. Maka tidak heran jika menuju kecamatan ini, harus naik terlebih dahulu, melalui jalur manapun.
Masyarakat di sini umumnya menggunakan bahasa sunda, namun, dengan tingkat kehalusan yang rendah. Begitu pula dengan makanannya, masyarakat kecamatan ini seperti orang sunda pada umumnya, menyukai daun-daunan mentah sebagai teman sambal terasi. Namun, beberapa kesenian dan kebudayaan khas dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa. Seperti batik Salem yang dipengaruhi oleh batik Pekalongan, karena pembawa budaya batik tersebut merupakan putri asal Pekalongan yang menikah dengan pemuda Bentarsari. Kesenian pun tak jauh dari dua kebudayaan tersebut, seperti Calung yang kadang menyanyikan lagu sunda kadang Jawa. Begitu juga dengan disintren yang merupakan kesenian khas Jawa Banyumasan hingga ke daerah Cirebon.
Jika kita telusuri sebuah daerah dan kebudayaan akan menyatu satu sama lainnya. Misalnya, budaya Padang ya dari Padang, Budaya Madura ya dari Madura. Namun, lain lagi ceritanya dengan orang-orang perbatasan. Terkadang orang yang ditinggalnya dibalik tugu perbatasan masih menggunakan budaya yang sama, meskipun desa tetangganya sudah berbeda. Hal ini juga terjadi di Kecamatan Salem Kabupaten Brebes.
Ketika orang Salem merantau, dan ditanya asalnya darimana, maka kebanyakan akan menjawab dari Bumiayu atau dari Brebes. Tidak heran, karena jika menjawab dari Salem orang akan menggelengkan kepalanya karena tidak tahu. Dengan menjawab dari Bumiayu atau Brebes, masalah kembali timbul. Apalagi yang bertanya adalah orang Jawa. Perantau asal Salem akan kebingungan karena hanya sedikit orang Salem yang mengerti bahasa Jawa. Ketika ditanya “kenapa tidak mengerti”, “karena di sana bahasanya sunda”, “loh kok bisa” dan banyak pertanyaan-pertanyaan keheranan selajutnya.
Dalam warga kecamatan ini berasal dari Provinsi Jawa Tengah yang notabene berbahasa dan berbudaya Jawa. Namun, jika ditelaah, warga kecamatan ini seolah hanya numpang tinggal karena budaya dan bahasa mereka berbeda. Padahal sebenarnya penduduk kecamatan tersebut merupakan penduduk asli. Penduduk yang benar-benar bermukim dari jaman nenek moyang silam dengan sunda sebagai budayanya.
Maka tidaklah heran ketika banyak orang yang menyebutnya sebagai kecamatan yang kafir dan munafik. Kafir dan Munafik di sini lebih diartikan pada kebingungan, Jawa bukan karena tidak menggunakannya, Sunda bukan karena sudah berbeda wilayahnya. Hal tersebut juga terjadi di kecamatan-kecamatan perbatasan lainnya. Namun, hanya di Kecamatan Salem yang benar-benar berbahasa sunda, adapun orang jawa mereka adalah pendatang
tugu selamat datang dari arah bumiayu, sumber:bp.blogspot.com
membatik salah satu kegiatan sebagian perempuan Salem Utara, sumber: bp.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H