[caption id="attachment_201145" align="aligncenter" width="491" caption="Bromo, Batok, Semeru dan Teman-temannya"][/caption]
Pesona Pegunungan Tengger dan sekitarnya, tidak pernah habis dibicarakan. Kepulan asap Bromo selalu menarik perhatian setiap pendatang yang penasaran dengan komposisinya bersama matahari terbit di ketinggian 2800 mdpl beserta laut pasir, berbonus lautan awan dan kokohnya Mahameru menghias dari kejauhan.
Kota Malang masih saja menjadi favorit saya memasuki kawasan ini. Dari Terminal Arjosari, kita dapat menggunakan jasa angkutan umum berwarna putih berkode TA untuk menuju kota kecil bernama Tumpang di sisi tenggara Kota Malang. Dari Pasar Tumpang, akan ada banyak jasa tawaran persewaan jeep untuk dinego menuju Kawasan Bromo. Biasanya pemilik jeep menawarkan jasa untuk angkutan para pendaki semeru menuju desa terakhir sebelum pendakian. Namun, atas kesepakatan terlebih dahulu, biasanya pemilik jeep tidak akan keberatan melayani rute perjalanan Tumpang-Bromo-Penanjakan, tentu saja dengan deal harga yang setimpal. Ada baiknya mengadakan perjalanan ini untuk group sejumlah kurang lebih 10 orang untuk menghemat pengeluaran dan biaya perjalanan masing-masing personal. [caption id="attachment_201146" align="aligncenter" width="484" caption="mejeng di jeep bak terbuka"]
[/caption] Jeep dengan bak terbuka menjadi kendaraan favorit saya. Berdiri di bak belakang, mengukir tawa persahabatan meskipun jalur yang harus dilalui berupa makadam, tidak akan menjadi nilai minus atas pemandangan yang memukau sepanjang perjalanan. Diawali dengan desa Gubug Klakah dengan perkebunan apel milik penduduk. Setelah itu, seperti berjalan di sepanjang puncak bukit, dengan view hijau bukit tetangga bervegetasi rapat, hawa sejuk menyapa, petak-petak ladang penduduk di kemiringan lahan yang tersusun dengan pola grid yang indah. [caption id="attachment_201147" align="aligncenter" width="430" caption="grid perkebunan penduduk"]
[/caption] Di perbatasan antara Desa Gubug Klakah dan Desa Ngadas, kita akan bertemu dengan sebuah spot air terjun bernama Coban Pelangi. Dari jalur utama, perjalanan harus dilalui dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 500 meter menuju air terjun. Jalur dengan kontur menurun dengan perkerasan hasil swadaya penduduk lokal. Beberapa seniman lokal biasa 'mangkal' di kelokan-kelokan mengharap penghargaan sekedarnya dari para pengunjung. Setelah melewati jembatan bambu yang sarat nuansa natural, suara debur jatuhnya air sudah terdengar. Beberapa langkah kemudian kita akan dihadapkan pada pemandangan indah, kucuran air sekian puluh liter per detik seperti dituang dari ketinggian hampir 100 meter. Apabila anda beruntung, ketika matahari sedikit memancarkan sinarnya, pada sudut bias tertentu akan menampilkan pelangi menawan melengkung persis di sekitar jatuhnya air. [caption id="attachment_201148" align="aligncenter" width="491" caption="jembatan menuju coban pelangi"]
[/caption] Air terjun lain yang bertetangga dengan Coban Pelangi adalah Coban Trisula, konon kabarnya air terjun ini menawarkan keindahan aliran bertingkat tiga, sayangnya, saya belum berkesempatan mengunjunginya. [caption id="attachment_201149" align="aligncenter" width="377" caption="the coban pelangi"]
[/caption] Dari kawasan coban, perjalanan dilanjutkan. Kita akan memasuki Desa Ngadas dengan view yang masih saja menghampar layaknya pemandangan yang sering kita jumpai sebagai hiasan wallpaper dan penghias kalender. Beberapa kali memasuki hutan dan jalan menanjak dengan perkerasan beton yang berlubang. Kita akan sampai pada sebuah pertigaan bernama Jemplang, dimana merupakan titik percabangan antara jalur Bromo dan Semeru. Jalur ke kiri adalah titik percabangan turun menuju kaldera dengan kondisi geografis berupa padang savana, sementara jalur ke kanan menuju Ranu Pane yang merupakan desa terakhir sebelum pendakian Semeru. Tidak ada salahnya apabila menyempatkan 'sedikit menyimpang' menuju Ranu Pane untuk kemudian kembali turun menuju Jemplang. Desa Ranu Pane layak dikunjungi, disamping terdapat ranu/ danau, desa ini memiliki pemandangan dengan karakteristik berbukit yang istimewa. [caption id="attachment_201151" align="aligncenter" width="430" caption="ranu pane"]
[/caption] [caption id="attachment_201152" align="aligncenter" width="430" caption="lake of ranu regulo"]
[/caption] Dari pertigaan Jemplang, jalan yang dilalui tidak lebih baik dari jalur sebelumnya, namun sekali lagi, pemandangan yang ditawarkan akan selalu memukau mata bertubi-tubi. Di bawah sana terhampar permadani hijau luas dengan bukit teletubbies. Jika anda datang di musim peralihan antara musim hujan dan musim kemarau, vegetasi hijau, bunga berwarna kuning tak jarang ditemui. Sebuah hamparan kontur alam yang maha cantik, dengan gunung wetangan-widodaren di sisi kiri dan dinding kaldera tengger terjal menjadi pembatas di sisi kanan. [caption id="attachment_201153" align="aligncenter" width="430" caption="vegetasi savana"]
[/caption] [caption id="attachment_201154" align="aligncenter" width="430" caption="bukit teletubbies"]
[/caption] [caption id="attachment_201155" align="aligncenter" width="430" caption="komposisi padang rumput dan deretan cemara gunung"]
[/caption] [caption id="attachment_201158" align="aligncenter" width="430" caption="ilalang berbunga kuning"]
[/caption] Selanjutnya, perjalanan menuju Bromo akan sedikit mengitari gunung wetangan, hingga bergradasi dari kondisi geografis padang savana hijau menjadi lautan pasir. Sebuah spot lokasi syuting film Pasir Berbisik yang pernah terkenal beberapa tahun lalu, berada di balik gunung bromo layak untuk sekedar bernarsis ria. [caption id="attachment_201159" align="aligncenter" width="491" caption="akting dorong jeep"]
[/caption] [caption id="attachment_201160" align="aligncenter" width="538" caption="narsis di spot pasir berbisik"]
[/caption] Sebuah pura keramat berada persis di kaki Bromo sebagai tempat pemujaan umat hindu suku Tengger. Gunung Bromo sendiri adalah sebuah kawah aktif yang belakangan ini aktivitasnya cukup fluktuatif, di antara status siaga-waspada yang naik turun. Kalau Gunung Tengger Purba, konon, pada zaman dulunya, adalah sebuah gunung yang hancur dalam entah berapa kali letusan hingga menyisakan kaldera dengan laut pasirnya, sedangkan Bromo adalah kepundan baru yang tumbuh di dalam kaldera Tengger. Inilah yang menandakan eksistensi aliran cincin api panas bumi bermuara di titik berketinggian 2000 mdpl. [caption id="attachment_201162" align="aligncenter" width="430" caption="lautan pasir dalam kaldera tengger, so close to cloud"]
[/caption] [caption id="attachment_201165" align="aligncenter" width="430" caption="kontur tengger"]
[/caption] Penanjakan adalah sebuah titik tertinggi di bibir kaldera Tengger. Sebuah tempat dengan view yang dianggap terbaik untuk memandang kaldera laut pasir dengan komposisi Bromo, Batok, Wetangan, Kursi dan Widodaren. Kalau anda datang dari arah Tosari, Pasuruan atau arah Nongkojajar, menuju kawasan Bromo dapat langsung mencapai penanjakan. Sebaliknya, apabila datang dari arah Malang seperti yang saya lakukan, kita akan mengarung laut pasir, kemudian mendaki tanjakan ekstrim untuk mencapai titik bernama kawasan Penanjakan. Tidak ahanya seisi kaldera, apabila cuaca cerah, view gunung Arjuno-Wetangan, maupun gunung Lamongan akan menjadi bonus pemandangan selama berada di Puncak Penanjakan. [caption id="attachment_201163" align="aligncenter" width="491" caption="duet arjuno-welirang dari penanjakan"]
[/caption] [caption id="attachment_201164" align="aligncenter" width="323" caption="gunung lamongan, dalam layer pegunungan"]
[/caption] Cemoro Lawang adalah sebuah desa terakhir di jalur menuju Bromo dari arah Probolinggo. Inilah jalur umum yang biasa dilalui oleh pengunjung Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Saya memilihnya sebagai jalur pulang menuju Surabaya. Sebenarnya akan lebih efektif dari Penanjakan menuju pertigaan dingklik lalu berbelok ke arah Tosari, jalur dari Kota Pasuruan. Namun saya memilih jalur Probolinggo karena ingin menutup perjalanan ini dengan satu spot menarik di kaki Tengger yang lain. [caption id="attachment_201166" align="aligncenter" width="346" caption="desa cemoro lawang dari puncak penanjakan"]
[/caption] Madakaripura, terletak di desa Sapih kecamatan Lumbang Kabupaten Probolinggo, adalah sebuah air terjun mahakarya Allah SWT yang wajib dikunjungi karena eksotismenya. Selain menawarkan keindahan, tempat ini menyimpan cerita sejarah masa lalu, konon inilah tempat persinggahan terakhir Mahapatih Gajahmada setelah gagal dengan sumpah palapanya. Trekking melewati jalur tepi sungai, sesekali menyeberanginya, hingga menjumpai tetes-tetes air hujan abadi yang jatuh menyerupai tirai pelapis tebing tinggi. [caption id="attachment_201167" align="aligncenter" width="430" caption="i called it as natural vitrace"]
[/caption] [caption id="attachment_201168" align="aligncenter" width="411" caption="air terjun utama madakaripura"]
[/caption] Air terjun utama begitu menjulang, layaknya sungai bertingkat. Sebuah ceruk seolah mewadai jatuhnya air terjun utama, hampir menyerupai lingkaran tebing, memberi efek seolah pengunjung terperangkap di dasar sumur. Dan begitulah, pesona Madakaripura menutup perjalanan Tengger dalam keindahan sepenuhnya. **all photograph by @endah_banged
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H