Lihat ke Halaman Asli

Antara Borobudur dan Dieng, Tentang Sejarah, Potensi Alam dan Romantisme

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13487478252037950262

Dieng dan Borobudur. Buat saya dua tempat ini menyimpan sisi romantisme pribadi. Bapak saya lahir di sebuah Desa di kaki Pegunungan Menoreh, hanya berjarak radius tak lebih dari 5 kilometer dari kaki Candi Borobudur. Sementara ibu saya, berasal dari sebuah desa terpencil di kecamatan Wonosobo, di kaki gunung antara Sumbing dan Sindoro, tak jauh dari Dataran Tinggi Dieng.

[caption id="attachment_201277" align="aligncenter" width="335" caption="Borobudur, road to entrance"][/caption] Borobudur yang sejak tahun 1991 termasuk dalam situs warisan budaya UNESCO, lebih dikenal masyarakat sebagai salah satu tujuan wisata di Yogyakarta, padahal secara administratif, Candi Buddha yang diklaim terbesar di dunia ini terletak di kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Letak geografis Borobudur dikelilingi oleh pegunungan di antaranya Gunung Merbabu dan Merapi di sisi Timur, Pegunungan Menoreh di sisi selatan, serta Gunung Sumbing-Sindoro di sisi Barat Laut. Borobudur diperkirakan didirikan pada abad ke 8-9 Masehi, dalam lingkup kekuasaan Kerajaan Sriwijaya, pada masa pemerintahan Samaratungga dari Dinasti Syailendra dengan aliran kepercayaan Buddha Mahayana. Gunadharma disebut-sebut sebagai tokoh arsitek dibalik perencanaan dan perancangannya. [caption id="attachment_201279" align="aligncenter" width="335" caption="salah satu sudut candi"]

1348748311793930705

[/caption] Kemegahan Borobudur disusun oleh batuan andesit dalam jumlah puluhan ribu meter kubik sebagai penyangga/ struktur masif penopang beban candi itu sendiri. Batuan andesit ini disinyalir berasal dari gunung terdekat dari Borobudur, Gunung Merapi yang 'sangat produktif' memuntahkan materialnya dalam setiap kali peristiwa erupsi. Para ahli menemukan persamaan kandungan pasir hitam pada batuan andesit penyusun Candi Borobudur dengan material pasir hitam yang dimuntahkan gunung teraktif di dunia tersebut. [caption id="attachment_201281" align="aligncenter" width="430" caption="Susunan Batuan Andesit yang Megah"]

1348748533581569746

[/caption] Borobudur, dalam perjalanan sejarahnya tidak pernah terlepas dari imbas letusan Gunung Merapi. Pada peristiwa letusan besar Merapi di tahun 2010 pun, memanen hujan abu yang cukup tebal dan pekat, yang tidak habis dibersihkan hampir dalam waktu satu tahun. Diperkirakan pada awal abad ke 10 telah terjadi letusan dasyat yang membuat Borobudur terkubur dan terlupakan masyarakat selama berabad-abad, disamping karena fluktuasi situasi politik, pergantian kekuasaan dan aliran kepercayaan yang diyakini masyarakat. Kemudian ketika Inggris menguasai Indonesia, seorang gubernur yang menjabat di jawa, Sir Thomas Stanford Raffles mengupayakan 'penemuan kembali' candi megah ini. [caption id="attachment_201282" align="aligncenter" width="430" caption="salah satu relief pada dinding Borobudur"]

1348748651213763819

[/caption] [caption id="attachment_201284" align="aligncenter" width="430" caption="bersemedi di atas ketinggian"]

13487489531557718891

[/caption] Menikmati view dari teras tingkatan atas tentu saja menyenangkan. Bangunan dengan suasana yang terasa 'lebih terbuka' dibandingkan dengan level di bawahnya yang dibatasi dinding relief, di sepanjang keliling teras pengunjung dapat memandang lepas sekeliling borobudur sebagai pembatas horizon. Bagi saya pribadi, mengenali desa dan kampung halaman kerabat dari titik ketinggian teras Borobudur menjadi kebanggaan tersendiri. [caption id="attachment_201283" align="aligncenter" width="335" caption="view from the top"]

13487488011564201154

[/caption] [caption id="attachment_201289" align="aligncenter" width="430" caption="pegunungan menoreh,view from the top of Borobudur"]

13487491021539940018

[/caption] Tidak jauh berbeda dengan Borobudur, Dieng yang dikenal sebagai kawasan vulkanik aktif, juga menyimpan cerita peradaban kejayaan masa lalu. Terbukti dengan keberadaan kompleks-kompleks Candi Hindu yang ditemukan tersebar di sejumlah pelataran. Candi-candi yang dikenal dengan nama tokoh-tokoh pewayangan seperti Gatotkaca dan Arjuna diperkirakan mulai dibangung pada abad ke 7 di zaman dinasti Sanjaya. [caption id="attachment_201290" align="aligncenter" width="483" caption="Candi Gatotkaca"]

1348749255549700672

[/caption] [caption id="attachment_201291" align="aligncenter" width="491" caption="view kompleks candi arjuna"]

1348749364887821317

[/caption] [caption id="attachment_201292" align="aligncenter" width="384" caption="Candi Arjuna, bayangan saya Candi ini ada makhluk ganteng yang njagain gitu :D"]

1348749439318617704

[/caption] Berbeda dengan Wangsa Syailendra yang beraliran Buddha Mahayana, Wangsa Sanjaya beraliran Hindu Syiwa. Kedua Wangsa ini berkembang di zaman yang sama, dimana aliran Buddha dengan daerah kekuasaan Jawa Tengah bagian Selatan dan aliran Hindu di Jawa Tengah bagian Utara. Penyatuan kekuasaan kedua aliran ini terjadi pada pernikahan politik antara Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya dan Pramodyawardhani dari Wangsa Syailendra. [caption id="attachment_201293" align="aligncenter" width="430" caption="the dieng plateu"]

13487496711913819971

[/caption] Material utama candi-candi dieng berupa batuan andesit disinyalir merupakan 'sumber daya alam' imbas erupsi gunung sindoro. Tak jauh dari Gunung Sindoro, berdiri kembarannya bernama Gunung Sumbing. Apabila anda datang dari arah Semarang atau Magelang, melewati pertigaan Secang, setelah melalui Temanggung, memasuki daerah bernama Parakan, anda akan dimanjakan melintas jalan raya di antara Sumbing-Sindoro yang tentu saja sarat akan keindahan. [caption id="attachment_201294" align="aligncenter" width="329" caption="batuan andesit yang menyusun candi dieng (detail candi paka kompleks arjuna)"]

1348749835107625340

[/caption] Dieng ibaratnya sebuah gunung vulkanik raksasa dengan kandungan geothermal yang bermuara di beberapa titik kawah. Kawah Sinila yang terkenal dengan tragedi gas beracun dan gempa di tahun 1979 telah menewaskan ratusan penduduk serta hewan ternak.

1348750000856923611

Yang menarik adalah Telaga Warna, sebuah danau yang konon dapat berganti warna antara hijau, merah, biru, putih dan lembayung dikarenakan kandungan belerangnya. Belum lengkap rasanya jika mengunjungi kawasan Dieng tanpa Telaga Warna. Saya juga menyempatkan untuk menyambang danau lain yang bersebelahan dengan Telaga Warna bernama Telaga Pengilon. Dinamakan demikian karena kejernihan air danau dimana pengilon dalam bahasa jawa berarti cermin. Meskipun berdekatan, air telaga pengilon tidak tercampur oleh kandungan belerang. [caption id="attachment_201296" align="aligncenter" width="491" caption="telaga warna"]

13487500981458531486

[/caption] [caption id="attachment_201298" align="aligncenter" width="491" caption="Gradasi warna Telaga Warna yang seolah memudar seiring perjalanan waktu"]

13487502931481521146

[/caption] [caption id="attachment_201299" align="aligncenter" width="491" caption="telaga pengilon"]

13487504691046094868

[/caption] Danau lain yang sedikit terpisah dari kawasan dieng dan tidak kalah menarik adalah Telaga Menjer, terletak di desa Maron Kecamatan Garung. Konon, terbentuknya telaga ini akibat letusan vulkanik di kaki gunung Pakuwaja. Dinding telaga dibagasi oleh hutan cemara di satu sisi dan Pegunungan dengan batu alam indah di sisi lainnya. Sebagian air telaga dialirkan untuk kegiatan PLTA Garung. View Gunung Sindoro tampak cantik membingkai komposisi pemandangan dari danau ini. [caption id="attachment_201300" align="aligncenter" width="491" caption="telaga menjer"]

13487505941593359809

[/caption] [caption id="attachment_201301" align="aligncenter" width="491" caption="Sindoro from Menjer"]

13487507142005278146

[/caption] Kemegahan Borobudur dan kecantikan Dieng, adalah saksi sejarah, seolah memisahkan daerah kekuasaan yang dilandasi keyakinan masyarakat antara Hindu dan Buddha, menyatukannya dalam kenyataan geografis kepungan cincin api antara Sumbing-Sindoro-Merapi-Merbabu, rentetan erupsi demi erupsi muntahan panas bumi, sekaligus menyatukannya dalam kisah cinta Rakai Pikatan dan Pramodya Wardhani, sebelas dua belas dengan kisah romantis antara bapak dan ibu saya :) **all photograph by @endah_banged



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline