Lihat ke Halaman Asli

Berlayar Bersama Perahu Kertas

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1346066912959114159

Saya ngejogrog di kursi biskop pas adegan Keenan nangkring di pohon depan kamar kosnya, asyik nye-ketsa-in tokoh dongeng ciptaan Kugy. Adegan ini spontan mengingatkan saya sama beberapa profile temen-temen semasa kuliah, temen-temen satu profesi yang hobi gegambaran. Saya agak telat masuk biskop keknya, melewatkan adegan awal ketemuan Kugy-Keenan yang konon di novelnya udah full of chemistry. But it's OK, saya sudah memaafkan mbak-mbak rempong yang antri ATM depan saya macem ngebajak mesin buat berlama-lama transaksi, atau beberapa pengendara motor yang sebelum ini nyerobot antrian saya buat parkir, terima jadi ketika genk pura-pura ninjanya Kugy-Keenan-Noni-Eko udah sah sebagai banci biskop -sebutan saya untuk genk mereka yang hobi nonton-

Sekilas ngeliat penokohannya, udah pas banget lah, Kugy diperankan Maudy Ayunda yang kecil unyu-unyu, dandanan ngaco, agak semrawut tapi tetep imut. Keenan yang blaster kumpenik Blanda oleh Adipati Dolken, sesuai dengan yang digambarkan Dee di versi novelnya. Duet tokoh Noni-Eko oleh Sylvia Fully dan Fauzan Smith yang gokil mampu menghidupkan sisi komedi film.

Peran Kugy di tangan Maudy cukup mengena dengan icon jam kura-kura ninja-nya yang sangat mengidentifikasi. Pembawaan karakter Kugy yang ceria, mudah bergaul sekaligus introvert sudah sangat menjiwai. Gesture radar neptunus yang coba ditampilkan dengan dua jari telunjuk membingkai kepala sangat memungkinkan berkembang menjadi sebuah 'trend setter' bagi para penggemar perahu kertas.

Kemunculan Titi DJ dan Ben Kasyafani yang meski hanya sekilas namun cukup mewakili keunikan deskripsi tentang K's family dan memberi kesegaran tersendiri. Kalau Remi hadir sebagai opsi pasangannya Kugy, sementara tokoh Luhde dimunculkan sebagai mbak cantiknya Keenan, setelah periode bubaran Kugy-Ojos dan Keenan-Wanda. Elyzia Mulachela tampil sangat balinese dan cantik menjelma anggun sebagai Luhde. Saya cukup surprise dengan kemunculan Dee di depan kamera meski hanya selintas sebagai tokoh penilai lukisan Keenan.

Dari segi alur cerita ada hal penting dari nafas novel yang tidak sempat ditampilkan dalam film. Seperti ketika ternyata Keenan tidak 'mengambil peran' dalam mengajar sakola alit, sementara versi novelnya, Keenan sebenarnya mendapatkan tempat tersendiri di hati anak-anak didik sakola alit. Cukup dimaklumi karena tidak mudah memasukkan ke-kompleks-an cerita novel dalam durasi film.

Bagi para pembaca novel perahu kertas, sangat mudah untuk memahami apa yang mencoba disampaikan oleh film. Adegan per adegan mengalir mengingatkan bagian-demi bagian novel. Saya menyukai angle-angle pengambilan gambar yang berhasil memanjakan mata, seperti penggambaran sakola alit dengan accessoriesnya yang sekedar bentangan tali digantung beberapa hiasan dari kaleng bekas. Atau ketika Kugy yang asyik dengan dunianya, mencoba berkomunikasi dengan 'Si Nus' -panggilan untuk Neptunus-, menghanyutkan perahu kertasnya. Pengambilan gambar untuk detail rel kereta atau ketika Kugy dan Keenan terjebak kereta macet dalam perjalanan Bandung-Jakarta. Detail-detail tradisional yang sangat Indonesia tampil dalam scene-scene Tari Kecak Bali, memberi nilai artistik pada film ini.

Terasa sedikit tanggung ketika menjumpai akting Maudy menangisi hubungan perpisahannya dengan Ojos, kekasih yang telah dipacari Kugy sejak masih duduk di bangku SMA, kurang bisa memberi perasaan mendalam kepada pemirsa. Atau ketika episode Kugy bersama Remi, atasan Kugy di dunia kerja, justru memberi penggambaran kepada penonton lebih memihak Kugy untuk happy ending ever after bersama Remi ketimbang bersama Keenan (apalagi secara subjektifitas saya pribadi jacuh cincanya sama si Remi). Karakter Remi terlihat lebih hidup dan Keenan tampak tenggelam di balik pesona Remi yang natural diperankan oleh Reza Rahardian *kekepin mamas reza*

Tidak ada tokoh antagonis dalam perahu kertas, tetapi konflik yang ditampilkan Dee mengalir natural, sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari dan mudah dicerna pembaca maupun penonton. Meski the movie-nya hadir secara bersambung, terlepas dari kekurangan di sana sini, saya yakin, penggemar perahu kertas masih menanti kelanjutan versi filmnya. Perahu kertas telah tampil luwes dalam bercerita tentang drama di atas kebanyakan romansa yang dihasilkan industri film Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline